12. Saya banyak menerbitkan buku buku mengenai korupsi, kejahatan jabatan oknum-oknum KPK dan pendukung pendukungnya. Buku-buku saya berlabel ISBN, resmi terbit sebagai buku, dengan diri saya sebagai pemegang hak cipta yang sah. Buku-buku itu dapat ditemukan di Perpustakaan Hukum Leiden di Belanda, Monash University di Australia, bahkan di Perpustakaan Gedung Putih Amerika Serikat.
Tentu buku-buku terhadap kritikan KPK dan simpatisannya seperti Prof. Denny Indrayana bebas dari pemberitaan Najwa, karena Najwa tidak lebih dari pada antek- antek KPK sebelum era Firli Bahuri. Dua kali saya diterima Presiden Obama di ruang kerjanya, tanpa saya beritakan. Najwa baru sanggup mewawancarai Presiden Jokowi, sudah bertindak sebagai jurnalis terhebat di Indonesia.
Padahal, konon menurut Nyai Dewi Tanjung, Najwa diberhentikan dari Metro-TV yang mengangkat namanya, karena melakukan tugas jurnalis di Singapura terhadap konconya Novel Baswedan , tanpa mengikuti SOP Metro TV.
13. Saya menggugat Novel Baswedan sebagai pembunuh dan penganiaya salah seorang tersangka kasus burung wallet di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Karena menyangkut tersangka pembunuh Novel Baswedan, saya yakin Najwa tak akan pernah memberitakan perkara Novel Baswedan yang sedang berlangsung di Pengadilan Jakarta Selatan tersebut. Termasuk buku-buku saya berjudul “KPK bukan Malaikat”, menyusul buku saya berjudul “Mereka Yang Kebal Hukum”. Semuanya berisi mengenai dosa-dosa KPK yang bebas berita jurnalis ternama sekelas Najwa.