WHO Dihalangi Israel Evakuasi Anak Dari RS Indonesia-RS Lain di Gaza

WHO
Militer Israel menguasai RS Indonesia di Gaza, Palestina dan diubah jadi markas militer negara zionis itu. FOTO: HO-CNN/AFP

GAZA-PALESTINA, SUDUTPANDANG.ID – Otoritas kesehatan Palestina mengungkapkan bahwa pasukan zionis Israel menghalangi upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengevakuasi pasien anak dari rumah-rumah sakit (RS) di Gaza Utara, termasuk Rumah Sakit Indonesia (RSI).

Merujuk keterangan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Palestina Maher Shamiya, seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu di Gaza, Sabtu (12/10/2024) otoritas kesehatan Palestina menyatakan informasi itu pada Jumat (11/10).

Kemenkumham Bali

“Tentara (Israel) telah menghalangi utusan WHO yang ditugaskan mengevakuasi pasien di unit perawatan intensif dan anak-anak dari rumah-rumah sakit di Gaza Utara ke wilayah utara Jalur Gaza,” kata Maher Shamiya.

Badan kesehatan PBB (WHO) itu belum berkomentar tentang insiden tersebut.

Menurut Shamiya, tiga rumah sakit di Gaza Utara—Al-Awda, Rumah Sakit Indonesia, dan Kamal Adwan—saat ini merawat 124 pasien, 13 di antaranya adalah pasien dalam perawatan intensif dan delapan pasien anak.

BACA JUGA  Dianggap Pro China, Amerika Hentikan Hubungan dengan WHO

“Rumah Sakit Kamal Adwan memiliki unit perawatan intensif pediatrik terbesar di Gaza dan gubernuran Gaza Utara, dan saat ini terancam ditutup akibat serangan Israel,” tambahnya.

Untuk kelima kalinya sejak memulai operasi militer pada Ahad lalu, tentara Israel telah memblokir truk-truk bahan bakar yang akan masuk ke Gaza dan rumah-rumah sakit di utara.

Shamiya mencatat bahwa rumah sakit di Gaza menghadapi krisis bahan bakar yang diperlukan untuk menghidupkan genset. Kondisi itu bisa menghentikan aktivitas di unit perawatan intensif dan ruang operasi.

Dia juga menjelaskan bahwa kamp pengungsi Jabalia terkepung total oleh Israel, sehingga penghuninya hampir tidak mungkin keluar.

“Tentara menembaki apa saja yang bergerak, sehingga sangat sulit mengevakuasi korban tewas dan memberikan bantuan medis kepada yang terluka,” kata Shamiya.

Ia menyerukan dunia internasional dan PBB untuk melakukan intervensi segera agar pengepungan dapat diakhiri dan memungkinkan masuknya bahan bakar dan pasokan medis ke rumah-rumah sakit di Gaza Utara.

BACA JUGA  Santri-Guru-Gus-Kyai di Demak Deklarasi Berantas Narkoba Bersama BNNP Jateng

Pada Selasa, Kemenkes Gaza melaporkan bahwa militer Israel telah memperingatkan ketiga rumah sakit itu untuk mengevakuasi staf dan pasien.

Tentara mengancam akan membunuh, menghancurkan, dan menangkap staf rumah sakit, seperti yang mereka lakukan di RS Al-Shifa beberapa bulan lalu.

Peringatan itu muncul setelah Israel melancarkan operasi militer di Jabalia pada Minggu dengan dalih mencegah Hamas menguasai wilayah tersebut.

Israel memperingatkan warga Palestina untuk mengungsi dari Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia ke wilayah selatan.

Namun, Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Gaza memperingatkan warga untuk tidak mematuhi perintah itu, yang mereka sebut sebagai “tipu daya dan kebohongan.”

Israel terus melancarkan serangan membabi buta di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.

BACA JUGA  Kemenparekraf-KIP Sosialisasikan Pengelolaan Keterbukaan Informasi Publik

Lebih dari 42.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 98.000 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Agresi Israel juga membuat memblokade wilayah kantong Palestina itu sehingga menimbulkan krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan. (Ant/02)