16 Tahun AWG Jalankan Peran ‘Second Track Diplomacy’ untuk Kemerdekaan Palestina 

16 Tahun AWG Jalankan Peran 'Second Track Diplomacy' untuk Palestina 
Wartawan Senior Aat Surya Safaat saat menyampaikan tanggapan selaku Pembanding pada telaah buku "Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina" di Aula Munif Chatib Sekolah Insan Mandiri Bekasi, Minggu 22 September 2024 (Foto: Humas AWG)

BEKASI-JABAR, SUDUT PANDANG.ID – Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) selama 16 tahun telah berperan menjalankan ‘second track diplomacy’ (diplomasi jalur kedua) bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

Pandangan tersebut disampaikan wartawan senior Aat Surya Safaat pada tasyakuran 16 tahun AWG di Aula Munif Chatib Sekolah Insan Mandiri Bekasi, Jawa Barat, Minggu (22/9).

Kemenkumham Bali

“Selamat Milad yang ke-16. AWG sudah 16 tahun menjalankan peran second track diplomacy bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” ucapnya.

Acara tasyakuran 16 tahun AWG itu sendiri dirangkai dengan Telaah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina” yang ditulis oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani.

Imaam Yakhsyallah Mansur adalah Pembina Jaringan Pesantren Al-Fatah sekaligus Pembina dan salah satu pendiri AWG, dan Ali Farkhan Tsani adalah Duta Al-Quds Internasional yang juga wartawan senior Kantor Berita MINA.

Acara tasyakuran 16 tahun AWG dan Telaah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina” itu dihadiri oleh Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Ketua Pembina Maemunah Center Indonesia (MaeCI) Dr. Adhyaksa Dault, dan Staf Ahli Menlu Muhsin Shihab.

BACA JUGA  Aqsa Working Group Gelar Gowes Cinta Al-Aqsa

Aat lebih lanjut mengemukakan bahwa diplomasi tradisional first track diplomacy (diplomasi jalur pertama) yang hanya melibatkan pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi tentu tidak akan efektif dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara, apalagi terhadap dunia internasional.

“Maka, aktivitas diplomasi yang melibatkan peran publik akan sangat dibutuhkan dalam rangka melengkapi aktivitas diplomasi tradisional, dan second track diplomacy yang bersifat informal itu dapat melengkapi, memperkuat, atau mengisi ruang-ruang yang masih kosong dari apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah melalui first track diplomacy yang bersifat formal,” papar Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York 1993-1998 dan Direktur Pemberitaan ANTARA 2016 itu.

Bila dilihat dari diplomasi publiknya yang luar biasa dalam membela dan mengupayakan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina, ia menilai AWG telah secara nyata menjalankan fungsi second track diplomacy.

Sebelumnya Ketua Presidium AWG Nur Ikhwan Abadi mengungkapkan, sekitar 80 persen aktivitas AWG adalah melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pemahaman terkait pembebasan Masjid Al-Aqsa. Begitu juga dengan perjuangan bagi kemerdekaan Palestina di berbagai forum, selain menggerakkan demonstrasi mendukung Palestina.

BACA JUGA  Kapolda Kumpulkan Jajarannya Untuk Tegakkan Hukum

Sekitar 20 persen sisanya adalah kegiatan fund rising, dan dalam satu tahun terakhir AWG yang didirikan pada Agustus 2008 itu berhasil mengumpulkan dana hampir Rp6 miliar yang disampaikan ke Palestina secara bertahap.

Menurut Aat, dalam kerangka second track diplomacy itu AWG yang berada di bawah naungan Pesantren Al-Fatah bersama Lembaga Medis dan Kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Comittee) mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina.

Buku Palestina 

Mengenai buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina”, Aat menyarankan agar buku tersebut perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Arab serta didisseminasikan ke berbagai perguruan tinggi di Tanah Air. Menurutnya, hal itu bertujuan agar makin banyak kalangan terdidik dan generasi muda yang memahmi pentingnya pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

BACA JUGA  Tak Hanya Dirikan Dapur Umum, Inilah Aksi Nyata RNLC19 di Berbagai Daerah

“Hanya satu kalimat yang bisa saya kemukakan terkait buku tentang Palestina ini, yakni interesting, inspiring, and motivating,” kata Asesor Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI yang juga Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI) itu.

Aat menilai bahwa buku yang ditulis oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani itu sangat komprehensif.

“Mengulas Palestina dalam lintasan sejarah, menyoroti dukungan dunia internasional terhadap Palestina saat ini hingga mengulas isyarat Al-Quran tentang kehancuran Yahudi dan bebasnya Masjid Al-Aqsa dari cengkraman Zionis Yahudi,” pungkas alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang sejak mahasiswa mendukung kemerdekaan Palestina.(01)