NUNUKAN, SUDUTPANDANG.ID – Nasib tragis menimpa seorang anak di Nunukan, Kalimantan Utara. Dia menjadi korban pemerkosaan ayah kandungnya sendiri hingga hamil dan melahirkan. Tak puas dengan perbuatannya, sang ayah tega membunuh bayi hasil hubungan dengan anaknya itu dengan cara menenggalamkan di ember.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada DSP3A Nunukan, Endah Kurniawatie mengatakan, dirinya mengaku, telah melakukan wawancara langsung terhadap kedua korban anak, berikut ibu korban. “Sama kakaknya saya berhadapan langsung, sementara kepada adiknya belum saya asesmen,” ujar Endah, Kamis (12/10).
Endah menerangkan, korban disetubuhi sejak 2020 lalu. Korban saat itu masih duduk di bangku SMP, sekarang korban SMA berumur 16 tahun. Saat itu mereka masih tinggal di Tanjung Selor. Pelaku melakukan aksinya dengan paksaan dan ancaman. “Kata ayahnya kepada korban, kalau tidak mau melayani dirinya, disuruh pergi untuk membiayai hidupnya sendiri,” kata Endah.
“Kalau ibunya itu, ternyata tahu kejadiannya, sempat minta cerai, ibunya ini juga korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Karena masih muda, menikah usia 14 tahun, Ibunya cerita, pernah ditendang dan terancam juga, sangat mengharapkan nafkah dari suaminya, tapi suaminya seperti itu,” tambah Endah.
Saat ditanya motif ayahnya melakukan itu, Endah tidak bisa menyimpulkan. “Saya tanya kamu kalau di rumah bercelana pendek? Iya katanya, itu bisa menjadi pemicu, karena rata-rata pelaku adalah orang terdekat. Kami akhirnya memberikan nasihat untuk menggunakan pakaian tertutup,” ungkap Endah.
Ironisnya, korban pernah mengandung anak dari ayahnya tersebut. Korban mengandung hingga umur 7 bulan. Saat usia kandungan 7 bulan tersebut, sang anak melahirkan.
Setelah lahir, sang ayah malah membunuh bayi tersebut dengan cara ditenggelamkan ke dalam ember berisi air. Setelah tewas, bayi tersebut dikubur di belakang rumah.
Hal lain yang terungkap, keluarga korban tidak harmonis. Korban dengan sang kakak, terbilang tidak harmonis dengan adiknya yang perempuan. Ibunya juga seperti punya masalah sendiri, begitu juga ayahnya.
“Dari pengakuan ibunya, ibunya tidak tahu persoalan itu, tapi kami tidak percaya kalau ibunya tidak tahu. Benar-benar dipaksa sampai keluar prematur, setelahnya mohon maaf, dibunuh bayinya,” ungkap Endah lagi.
Sekarang kedua korban dikembalikan ke rumah, DSP3A Nunukan tetap akan melakukan pendampingan, pembinaan terhadap kasus yang dihadapi para korban.(03/JP)