TU Delft-VIA University-FSC Buka Kursus Daring Bangunan Berkelanjutan Gratis

Informasi terkait kegiatan Delft University of Technology (TU Delft) bekerja sama dengan VIA University College di Denmark dan Forest Stewardship Council (FSC) memberikan kursus dalam jaringan (daring) atau "online" berkaitan dengan bangunan berkelanjutan secara gratis. FOTO: FSC Indonesia

BOGOR, SUDUTPANDANG.ID – Delft University of Technology (TU Delft) bekerja sama dengan VIA University College di Denmark dan Forest Stewardship Council (FSC) memberikan kursus dalam jaringan (daring) atau “online” berkaitan dengan bangunan berkelanjutan secara gratis.

Menurut Manajer Pemasaran dan Komunikasi FSC Indonesia, Indra Setia Dewi di Bogor, Jawa Barat, Senin (30/10/2023)

Ia menjelaskan pendaftaran telah dibuka untuk kursus daring gratis “Sustainable Building with Timber” di edX, platform pembelajaran online yang dibuat oleh Harvard dan MIT.

Dari kursus ini, kata dia, semua pemangku kepentingan mulai dari arsitek, pengembang, insinyur, konsultan dan pembuat kebijakan, serta mahasiswa, dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi potensi besar konstruksi kayu.

Edisi pertama dari kursus tujuh pekan ini dimulai pada 15 November 2023.

Untuk informasi lebih lanjut dan untuk mendaftar kursus, para pihak bisa mengunjungi laman: https://online-learning.tudelft.nl/courses/sustainable-building-with-timber/.

BACA JUGA  Operasi Ketupat, Polres Pasuruan Siaga di Titik Strategis

Ia menyatakan kursus “Bangunan Berkelanjutan dari Kayu” menawarkan kurikulum yang dikuratori dengan cermat yang dirancang untuk memberi peserta pemahaman holistik tentang konstruksi kayu berkelanjutan.

Peserta dapat mempelajari belajar, antara lain, bahwa pengelolaan hutan lestari merupakan kondisi penting untuk penggunaan kayu dalam konstruksi.

“Pengelolaan hutan lestari memungkinkan kita untuk menggunakan kayu sambil melestarikan hutan tanpa merusak fungsi lingkungan, sosial dan ekonomi mereka. Kayu yang diproduksi secara berkelanjutan berkontribusi terhadap penyerapan karbon, baik di hutan maupun di bangunan,” katanya.

Kayu juga ideal untuk prefabrikasi, yang berarti bahwa sebagian besar pekerjaan konstruksi berlangsung di ruang produksi dan proses konstruksi itu sendiri lebih bersih, lebih cepat dan berkualitas lebih tinggi, dengan meminimalkan dampak di lokasi konstruksi, termasuk untuk lingkungan.

BACA JUGA  Jessica Mila Batasi Pekerjaan Syuting Demi Kehamilan

Berkat praktik circular construction, struktur kayu dapat digunakan kembali di tingkat bangunan individu dan regional.
Dibandingkan dengan konstruksi konvensional, “circular construction” akan menghasilkan bangunan yang lebih sehat yang menyimpan karbon alih-alih mengeluarkannya, sementara sumber daya alam tumbuh kembali di hutan yang dikelola secara berkelanjutan.

Sementara itu Guru Besar Teknologi dan Desain Lingkungan di TU Delft, Prof Arjan van Timmeren menjelaskan bahwa lebih dari 35 persen emisi gas rumah kaca global berasal dari kegiatan manusia.

Sepertiganya, kata dia, secara khusus terkait dengan emisi produksi bahan bangunan seperti beton, logam, dan plastik.
Selain perubahan iklim, ada tantangan lain yang dihadapi industri konstruksi, seperti kelangkaan bahan baku, masalah kesehatan, dan kebutuhan untuk membangun perumahan yang cukup.

“Proses dan cara membangun bangunan harus berubah. Salah satu solusi yang paling menjanjikan adalah membangun dengan kayu dan bahan hayati bio-based lainnya dari sumber yang dikelola secara berkelanjutan,” katanya.

BACA JUGA  Terminal Kampung Rambutan Mulai Dipadati Pemudik

“Dengan berbagai perkembangan dalam teknologi konstruksi dan proses produksi material kayu solid komposit, industri konstruksi dapat menerapkan penggunaan kayu skala besar bahkan untuk bangunan bertingkat tinggi,” kata Arjan van Timmeren. (Jan/02)