Lukman Sardi Bongkar Industri Film Indonesia Selalu Horor

Lukman Sardi
Aktor Lukman Sardi (Foto: Net)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID –Di tengah geliat perkembangan industri film Indonesia, aktor Lukman Sardi bongkar seluk-beluk dominasi genre horor. Hadir di acara Timeout Episode 4 Redefining Indonesian Film Genre: Between Money Making Movies vs Idealism.

Lukman beri pandangannya. Ia mengungkap film horor menjadi salah satu yang laris di pasar layar lebar Indonesia berkat identitas lokal yang melekat.

Kemenkumham Bali

Hal ini, menurut bintang film Kabut Berduri, memantik hasrat penonton Indonesia akan genre-genre horor tuk terus muncul.

“Culture Indonesia yang erat dengan mistis membuat genre horor memberikan kesan kedekatan bagi penonton, mendorong popularitasnya di pasar film tanah air,” ujar Lukman Sardi.

Meski begitu, pria yang juga menjadi bagian dari Adhya Pictures itu menyebut perlu adanya eksplorasi genre lain.

BACA JUGA  Pamer Kebaya Orange, Yuki Kato Dikira Gelar Lamaran?

Pasalnya, tak hanya penikmat film horor yang ramai, film bergenre lain pun sama besarnya.

Ia turut menyentil para produsen film tak hanya memikirkan keuntungan semata, sebab penikmat genre lain pun banyak.

“Namun, penting digarisbawahi bahwa penonton dengan selera non horor juga harus diakomodasi,” tegas Lukman.

“Industri film punya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasar lain. Jangan terus memikirkan kapitalismenya atau pakai filosofi Ketuhanan yang Maha Esa,” tambahnya.

Bukan cuma Lukman Sardi, acara yang diinisiasi Asian Creative and Digital Youth Summit (ACE-YS) ini turut menghadirkan Alexander Matius dan Edwin Nazir.

Menyoal eksplorasi genre, Matius sebagai kurator film memahami adanya dilematis dari para sineas lokal.

BACA JUGA  Pernah Gagal, Shinta Bachir Selektif Cari Calon Pasangan

“Kita harus sadar film itu produk ekonomi yang butuh biaya. Saat bicara eksplorasi genre, biasanya langsung terpikir, ‘apakah genre ini menguntungkan?’,” kata Alexander Matius.

Terlepas dari itu, produser film Edwin Nazir mengingatkan filmmaker muda tuk fokus membuat karya yang berkualitas.

“Ketimbang mikirin genre, yang terpenting adalah kualitasnya. Saya mendorong para filmmaker membuat film yang baik dan berkualitas sehingga dapat dikenang,” pungkas Edwin Nazir.

Seperti diketahui, event Timeout sendiri merupakan wadah bagi anak muda untuk beristirahat sejenak dan bertukar pikiran, terhubung, juga mengeksplorasi berbagai perspektif dengan para pakar dan praktisi industri.(PR/04)