Urusan Kampanye Bukan Soal Ketinggalan Zaman

Anggota DPR-RI Fraksi PKB Daniel Johan

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengatakan, urusan kampanye bukan soal ketinggalan zaman. Tetapi, sejauh mana keefektifan kampanye.

Baliho Ketua Umum PKB  Muhaimin Iskandar sendiri sudah dipasang di sejumlah titik dengan tulisan ‘2024’. Bahkan, Cak Imin juga terang-terangan akan maju capres di Pilpres 2024 mendatang.

Kemenkumham Bali

“Urusan kampanye bukan masalah ketinggalan zaman atau tidak tapi sejauh mana efektifnya media kampanye,” katanya lewat pesan tertulis, Senin (18/10/2021).

Menurutnya, kampanye lewat baliho masih efektif. Di samping itu, ia tidak memungkiri kampanye lewat dunia maya juga penting.

“Dan baliho masih termasuk yang efektif meskipun sosial media juga sangat penting,” kata anggota DPR RI ini.

Daniel menyebu kampanye lewat baliho punya segmen tersendiri. Sehingga, tidak semuanya melalui media sosial.

“Hasil survei menjelaskan hal itu, pasti sangat tergantung segmen dan umur juga,” pungkasnya.

BACA JUGA  Dilantik Ridwan Kamil, Tri Adhianto Resmi menjadi Wali Kota Bekasi

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil menilai kampanye lewat baliho sudah ketinggalan zaman. Saat ini, masyarakat lebih melek teknologi dan mengkonsumsi segala macam informasi lewat internet termasuk sosial media.

Hal itu dikemukakan Kang Emil menjadi narasumber Musyawarah Nasional Alim Ulama PPP di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan, Semarang.

“Jadi generasi Z ini tidak mengonsumsi PPP lewat baliho, tapi lewat handphone. Jadi kalau kader PPP masih ‘maen’ baliho itu ketinggalan zaman dan baliho itu mahal. Kalau ingin PPP bangkit investasikan ke cara generasi baru. Ubah cara dakwah politiknya, jauhi cara konvensional,” katanya, Senin (18/10/2021).

Kang Emil menyarankan agar para kader PPP harus inovatif dalam berkampanye seperti berkampanye sesuai dengan kondisi zaman saat ini.

“Cara menarik simpati masyarakat tak bisa lagi pakai cara konvensional. Saya itu mengamati dari dulu tahun 1955 sampai pemilu kemarin. Kenapa persentase partai Islam tak signifikan padahal umat Islam 90 persen tapi ketika nyoblos enggak ke partai muslim,” kata Kang Emil.(red)

BACA JUGA  Rapat Paripurna DPR Setujui Perpanjang Pembahasan Enam RUU

Tinggalkan Balasan