Mengapa Harus Malu Mengakui Prestasi Anies Baswedan?

Syarif Hidayatullah
Syarif Hidayatullah dan Anies Baswedan/Kolase SP

Jakarta,SudutPandang.id-Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan, selama dua tahun Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia sudah melakukan banyak hal untuk masyarakat ibu kota. Ini tentu harus dilihat sebagai prestasi. Berbagai penghargaan yang diperoleh telah menunjukkan bukti adanya prestasi tersebut.

Terkini, Jakarta dinobatkan sebagai kota terbaik dunia, karena dinilai mampu mengurangi tingkat kemacetan kota secara signifikan.

Kemenkumham Bali

Atas prestasi yang telah diraih Anies Baswedan selama memimpin DKI Jakarta, masih ada saja yang enggan mengakuinya. Entah gengsi atau menutup mata?

Demikian dipaparkan Ketua Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) DKI Jakarta, Syarif Hidayatullah, dalam keterangan pers kepada wartawan terkait kinerja Gubernur Anies Baswedan.

“Satu kalimat Pak Anies Baswedan yang tak pernah lupa ketika menerima penghargaan, yaitu ucapan terima kasih kepada semua jajaran Pemprov DKI dan BUMD yang telah bekerja keras sehingga DKI mendapatkan penghargaan. Inilah makna kolaborasi yang tak boleh direduksi oleh klaim personal dan egoisme seorang pemimpin. Begitulah etika memimpin, mengganti kata “saya” menjadi “kami”, ini penting. Dua kata ini membedakan karakter satu pemimpin dengan pemimpin yang lain,” ungkap Syarif Hidayatullah di Jakarta, Rabu (15/1/2020).

BACA JUGA  IQAir: Kualitas Udara Jakarta Masuk 30 Besar Terburuk Dunia Rabu Ini

Menurut Syarif, Anies tak perlu dipuji melampui kapasitas dan prestasinya. Hanya perlu diakui hasil kerjanya secara objektif dan apa adanya. Ini juga mesti berlaku untuk semua pemimpin.

“Problemnya adalah semuanya harus dihubungkan dengan kepentingan politik. Sampai disini, segalanya menjadi bias. Akhirnya, penilaian akan bergantung siapa mendukung siapa. Anieser (pendukung Anies) atau Ahokers (pendukung Ahok). Ini tak sehat,” ujarnya.

Ahok Anies
Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua/net

“Sudahlah, Ahok sudah selesai. Apalagi secara undang-undang tak lagi ada kesempatan untuk terpidana dengan ancaman hukuman lima tahun nyalon presiden atau wakil presiden. Berhenti membenturkan Anies dengan Ahok. Mereka adalah dua pemimpin yang sudah banyak berbuat untuk bangsa dan negara. Kita mesti hargai dan apresiasi,” sambung Sekjend Barisan Insan Muda (BIMA) ini.

Ia mengatakan, para pendukung Fauzi Bowo tak pernah menyerang Jokowi saat Foke kalah di Pilgub DKI 2012. Suasana Jakarta saat itu adem dan damai. Semua jadi hangat karena pihak yang kalah menerima kekalahan itu.
“Inilah konsekuensi demokrasi,” tegasnya.

BACA JUGA  BNPB: Korban Meninggal Gempa Cianjur Bertambah 318 Orang

Pilgub DKI 2017, lanjutnya, tidak mengalami sengketa. Usai pilkada, tidak ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Begitu juga dengan isu-isu kecurangan sama sekali tidak ada. “Mengapa rakyat yang harus bersengketa? Lalu, apa yang mau disengketakan?” tanya Syarif.

Ia menduga, masih ada kemarahan sejumlah Ahokers akibat kekalahan di Pilgub DKI yang dirawat oleh pihak-pihak yang kepentingan bisnis dan politiknya terancam oleh keberadaan Anies. “Ini masalahnya. Terutama bagi mereka yang cari duitnya dengan menjadi haters, maka ini jadi peluang pekerjaan. Bertaubatlah kawan!,” ucap pria yang dikenal relijius itu.

Ketua GPMI DKI
Ketua GPMI DKI Jakarta Syarif Hidayatullah (tengah) saat menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Jakarta/dok.ist

Dari sisi bisnis, tambahnya, banyak proyek beromset triliunan terpaksa ditutup Anies. Penutupan itu sangat beralasan, karena memang melanggar secara aturan. Di antaranya adalah reklamasi, Alexis dan pengelolaan apartemen dan lain-lain.

“Mereka diam? Tentu tidak, tidak mungkin diam. Mana ada orang yang terusik “rezekinya” diam? Ini tidak saja menyangkut pihak yang punya proyek, tapi juga para penadah aliran dana proyek itu. Sejumlah politisi dan birokrat masuk di dalamnya. Oknum aparat? Gak tahu deh. No coment,” katanya sembari tersenyum.

BACA JUGA  Antisipasi Takbir Keliling, Polda Metro Jaya Kerahkan 3.000 Personel

Selain bisnis, masih menurut Syarif, kehadiran Anies juga mengusik kepentingan politik pihak-pihak tertentu. Semakin hari, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini semakin terlihat tangguh untuk fight di Pilgub DKI periode kedua.

“Bahkan rakyat banyak yang sudah menyuarakan Anies for presiden 2024. Ini tentu sebuah ancaman tersendiri. Pantas saja Anies selalu diburu dan dicari terus kesalahannya. Begitu pandangan yang muncul di masyarakat,” pungkasnya.(ruli)

Tinggalkan Balasan