JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelebaran defisit fiskal selama 3 tahun telah berhasil menjaga ekonomi Indonesia bertahan saat dihantam pandemi Covid-19. Menurutnya pelebaran defisit tersebut telah membantu pemerintah dalam menangani lonjakan kebutuhan dalam penanganan krisis.
“UU Nomor 2 Tahun 2020 yang mengamanatkan pelebaran defisit fiskal selama 3 tahun di atas 3 persen PDB terbukti mampu menjawab kebutuhan penanganan krisis yang luar biasa dan kompleks secara disiplin, kredibel dan akuntabel, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan sustainabilitas jangka menengah,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Dia menuturkan kebijakan fiskal telah bekerja keras sebagai instrumen utama dan paling depan menangani potensi katastropi krisis ekonomi dan keuangan. Sebagai konsekuensi, batas atas defisit APBN diijinkan melebihi 3 persen PDB untuk tiga tahun yaitu 2020, 2021 dan 2022.
Didorong respons dan koordinasi kebijakan yang cepat, masif dan komprehensif, pandemi pun dapat ditangani secara efektif. Saat ini pemulihan ekonomi mulai berjalan secara merata, baik sisi produksi dan sektoral, daerah dan dari komponen permintaan antara konsumsi, investasi dan ekspor.
“Dengan momentum pemulihan ekonomi tersebut, peranan instrumen fiskal dapat disesuaikan sehingga dapat kembali pulih sehat, terjaga sustainabilitas dan kredibilitas dalam jangka menengah panjang,” kata dia.
Hasilnya, pemulihan ekonomi menunjukkan tren menguat. Di tahun 2021, ekonomi nasional tumbuh positif 3,7 persen di tengah gelombang Covid-19 varian Delta. Pemulihan ekonomi pun terus berlanjut di triwulan I-2022, dengan pertumbuhan mencapai 5,01 persen.
“Melonjaknya varian Omicron tidak terlalu berdampak pada proses pemulihan ekonomi nasional, ini hasil nyata dari akselerasi vaksinasi dan kekebalan alami yang tumbuh di masyarakat,” kata dia.
Dari sisi konsumsi dan investasi juga terus menunjukkan tren peningkatan. Hal ini juga diikuti pemulihan yang kuat di hampir semua sektor ekonomi termasuk transportasi, akomodasi dan konstruksi – selain dua sektor utama yaitu manufaktur dan perdagangan.
Indikator PMI Manufaktur Indonesia pada April 2022 masih terus ekspansif, pada level 51,9. Sementara itu, kenaikan harga komoditas global mampu mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan Indonesia.
Secara kumulatif pada triwulan I-2022, neraca perdagangan tercatat surplus USD 9,3 miliar. Pada April 2022, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 7,6 miliar. Neraca transaksi berjalan tahun 2022 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2021.
“Ini rekor tertinggi surplus bulanan dalam sejarah,” kata dia mengakhiri.(red)