Tri Indroyono

Mengais Rezeki di Tengah Pandemi, Cerita Ojol yang Tak Pernah Lepas Masker

Seorang pengemudi Ojol wanita yang tak pernah melepas masker saat bekerja/Foto: istimewa

Jakarta, SudutPandang.id – Di tengah Pandemi Covid-19, tak semua profesi bisa mendapatkan kesempatan untuk work from home alias bekerja dari rumah, salah satunya adalah pengendara ojek online (Ojol).

Berbekal desinfektan, sarung tangan, masker dan tas pengantaran, para pengendara Ojol terus berada di luar mengais rezeki dari orderan yang diterimanya via aplikasi. Menerima order, baik mengantar penumpang, makanan maupun layanan mengantarkan barang.

Kemenkumham Bali

Fitri, salah satu pengendara Ojol wanita yang harus berjuang di tengah risiko pandemi. Baginya, putaran roda sepeda motornya adalah penggerak ekonomi keluarga.

Ia sadar betul berada di luar rumah, kerumunan, dan antrean sangat berisiko terpapar virus Corona (Covid-19). Namun tak pilihan lain, diam di rumah berarti tidak bisa makan dan membayar sewa kontrakan.

BACA JUGA  Doa dan Harapan Sang Entertainment untuk Wuhan

“Insya Allah selama tetap mematuhi protokol kesehatan, salah satunya mengenakan masker aman dari virus Corona, maka dari itu saya tak pernah lepas mengenakan masker selama bekerja,” tutur Fitri, Sabtu (24/10/2020).

Menurut ibu satu anak ini, masker wajib dikenakan di luar rumah untuk mengantisipasi terkena virus Corona. Begitu juga dengan mencuci tangan dan sebisa mungkin menjaga jarak aman.

“Pulang sampai langsung mandi, agar yang di rumah aman, doa dan ikhtiar hukumnya wajib,” katanya.

Ia mengungkapkan, menjadi pengemudi Ojol dilakukan untuk membantu suami yang telah lama terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Bantu-bantu keluarga, karena selepas terkena PHK suami juga menganggur dan sama jadi driver Ojol,” ungkapnya.

BACA JUGA  Sebarkan Berita Benar, Laporkan dan Lawan Hoaks

“Semoga Pandemi Corona cepat berlalu, sehingga ekonomi kembali berjalan normal,” harap Fitri.

Kisah Fitri yang disiplin mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi layak diapresiasi. Ia menyadari menerima kenormalan baru di masa pandemi bukanlah bentuk kepasrahan. Pilihan yang mesti diambil bahwa urusan kesehatan dan ekonomi harus sama-sama diperjuangkan.

Sejatinya, kehidupan new normal menuntut kemampuan adaptasi dan kepatuhan masyarakat terhadap kebiasaan-kebiasaan baru yang mengacu pada protokol kesehatan. Ini penting karena tidak boleh lengah apalagi abai. Lengah berarti bencana.(um)

Tinggalkan Balasan