“Kini harapan saya menyaksikan sepak bola dunia U-20 di Indonesia lenyap sudah, lenyap dan terkubur bersama harapan pencinta sepak bola anak bangsa lainnya.”
Jakarta, Jumat, 31 Maret 2023.
Hal: Sepak bola Indonesia.
Tulisan ini saya alamatkan untuk sahabat media pencinta sepak bola.
1. Akhirnya impian pencinta sepak bola rakyat Indonesia untuk menyaksikan sendiri anak bangsa menguji keterampilan mereka di ajang Piala Dunia U-20, pupus sudah.
2. Belum lagi bila FIFA menjatuhkan sanksi skorsing untuk waktu yang cukup lama.
3. Harapan para sponsor, para pemegang hak siar, hotel, restaurant dan lain-lain, termasuk kunjungan para turis pencinta sepak bola ke Bali pun menjadi pupus.
4. Banyak yang tidak mengenal rokok, kemudian mengetahui bahwa Djarum sebagai sponsor Liga Sepak Bola Indonesia adalah penghasil rokok yang menghidupkan banyak buruh di pabrik rokok Djarum.
5. Mungkin segelintir pemimpin bangsa, bila saya melihat tayangan pendapat mereka di Tv, bahwa dasar penolakan mereka terhadap hadirnya tim Israel yang lolos babak kualifikasi, didasarkan atas dasar Konstitusi dan Pancasila.
6. Lalu bila demikian apakah mungkin statuta FIFA dirobah sesuai Konstitusi Indonesia dan Pancasila?. 7. Dua ratus empat puluh juta rakyat Indonesia, khususnya pencinta bola, tidak terlalu peduli bangsa siapa yang akan ikut U-20.
8. Saya bayangkan bila saja U-20 jadi diselenggarakan di Indonesia, dan kebetulan di final bertemu Indonesia lawan Israel, pasti akan jadi berita headline bila pemain Islam Israel sholat berjamaah dengan pemain Islam indonesia.
9. Apalagi kalau pemain Islam Israel membuat gol ke gawang Indonesia. Pasti pekik kemenangan mereka adalah Allahu Akbar. Di tim Israel ada tiga pemain beragama Islam. Pekikan yang sama bila Indonesia berhasil membuat gol ke gawan Israel.
10. Ketika sepak bola wanita berkembang di Asia, justru sepak bola wanita Indonesia mati suri. Padahal banyak kaum hawa, pencinta sepak bola.
11. Saya suka mengikuti di media perkembangan hubungan Islam-Yahudi di Arab.
12. Di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, didirikan tiga bangunan masing-masing Sinagoga untuk yang beragama Yahudi, Gereja bagi penganut agama Kristen dan Masjid bagi yang beragama Islam.
13. Mereka hidup berdampingan secara damai.
14. Hubungan dagang Indonesia Israel sampai hari ini berjalan lancar. Israel sangat maju dalam pembuatan drone, dan peralatan pertahanan mutakhir. Banyak negara ASEAN yang bekerja sama dalam bidang pertahanan dengan Israel.
15. Saya pernah ke Israel, mengunjungi tempat tempat suci kaum Kristiani. Seingat saya tempat perjamuan suci terakhir Tuhan Yesus, sekarang berada di masjid. Dan setiap pengunjung umat Kristiani bebas mengunjungi tempat tersebut.
16. Pemandu yang menemani kami, tidak pernah berceritera soal politik. Sekalipun kami turis Indonesia, pemandu tidak pernah mempertanyakan mengapa Indonesia, memusuhi Israel.
17. China negara yang adhi kuasa pun dalam hal sepak bola, bila menjadi anggota FIFA, tunduk kepada peraturan FIFA.
18. Mungkin kita tidak menyadari bahwa jumlah keanggotaan FIFA melebihi anggota PBB. Hasil ini saya peroleh dari FIFA yang di tahun 1970 yang beranggotakan 135 negara sedangkan PBB disaat itu hanya 126 negara.
19. Bahkan di tahun 1970 kurang lebih 1 juta orang berpartisipasi pada kejuaraan dunia di Mexico baik melalui radio maupun televisi.
20. Soeratin yang mendirikan PSSI di tahun 1930, sekalipun bisa hidup enak karena di masa sebelum perang beliau adalah lulusan Ir. Jerman, meninggalkan pekerjaannya di perusahaan Belanda, demi kejayaan PSSI.
21. Soeratin rela hidup miskin demi PSSI akhirnya meninggal di gubuk 4 kali 6 meter di Jalan Lombok Bandung, tanpa para petinggi PSSI mengenal jasa-jasa Soeratin yang merah putih.
22. Ramang sebagai legenda pemain sepak bola yang diakui FIFA, pernah berjaya di era tahun 1960 meninggal dalam keadaan sangat sederhana. Saya masih sempat menyaksikan trio Ramang, Suwardi dan Nor Salam bermain di lapangan sepak bola Karebosi Makassar.
23. Beda dengan pemain pemain Eropa, yang dengan penghasilannya dapat hidup sampai turunan yang ketujuh.
24. Mungkin pemain Singapura, tunjangan sosialnya lebih memadai dari pada pemain Indonesia.
25. Di era Presiden Soeharto, bila petunjuk Presiden adalah jangan mencampuradukkan sepak bola dengan politik, pasti semua gubernur, tidak ada yang berani bersuara lain, selain apa yang telah diamanatkan Pak Harto.
26. Hal yang sama saya dengar dengan apa yang dihimbau oleh Pak Presiden Jokowi. Sayangnya himbauan Presiden Jokowi hanya didengar, tetapi tidak dilaksanakan oleh segelintir pemegang jabatan negara.
27. Sebagai penggemar sepak bola di tahun 1974 ketika bersekolah di Jerman Barat saya masih sempat menyaksikan gol pemain Jerman Barat, Muller ketika menjadi juara dunia melawan Johan Cruyff, pemain legendaris Belanda di final sepak bola di Jerman Barat. Di saat itu Jerman Barat berhasil jadi juara dunia.
28. Saya juga sempat hadir pada final Piala Dunia di Perancis tahun 1998, Afrika Selatan tahun 2010, dan Rio de Janeiro, Brasil tahun 2014.
29. Dari catatan saya yang menjadi partnership Piala Dunia 2014 di Brasil antara lain Adidas, Coca cola, pabrikan mobil Hyundai, Emirates, Sonny, Visa. Sedang untuk sponsor terdapat beberapa nama seperti Castrol, Mc. Donald, Budweiser, Johnson-Johnson, Moy Park.
30. Gara-gara kecintaan saya di dunia sepak bola, saya sempat membuat dua buku kecil berjudul “Hukum dan Sepak Bola”, sekadar untuk melampiaskan cinta saya akan dunia sepak bola.
31. Dua buku saya itu membahas mulai dari sejarah sepak bola, lalu mengenai Lex Sportiva, sejarah lahirnya FA dan FIFA, perjanjian perikatan hak siar, hukum perikatan transfer pemain, hak cipta, hukum disiplin, aspek akuntasi dalam sepak bola, termasuk nama-nama pemain Indonesia yang ikut kejuaraan dunia di masa penjajahan Hindia Belanda dan banyak kasus-kasus hukum di dunia sepak bola.
32. Kini harapan saya menyaksikan sepak bola dunia U-20 di Indonesia lenyap sudah, lenyap dan terkubur bersama harapan pencinta sepak bola anak bangsa lainnya.
Demikianlah sekadar tulisan pendek, sebagai tanda rasa duka cita dan keprihatinan saya terhadap dunia sepak bola Indonesia.
Ditulis oleh Prof. O.C. Kaligis, pencinta sepak bola