Badan Geologi: Letusan efusif Gunung Karangetang Masih Tinggi

Kondisi Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pernyataan di Manado, Senin (26/6/2023) menyebutkan erupsi efusif masih terjadi di gunung itu dalam frekuensi tinggi. FOTO: dok.Ant

MANADO, SUDUTPANDANG.ID – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan letusan efusif Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, masih terjadi dalam frekuensi yang tinggi.

“Data seismik menunjukkan bahwa aktivitas gempa guguran masih terekam tinggi,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto dalam evaluasi aktivitas Gunung Karangetang periode 18-22 Juni 2023 melalui grup percakapan Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang di Manado, Senin (26/6/2023).

Kemenkumham Bali

Disebutkan bahwa lava keluar dari bagian barat daya kawah utama mengarah ke Kali Batang, Kali Timbelang, dan Kali Beha barat sejauh sekitar 1.000 meter.

Sedangkan yang ke arah selatan masuk ke Kali Batuawang dan Kali Kahetang jarak luncur sekitar 1.500 meter.

BACA JUGA  Arus Pendek di Mesin Percetakan Picu Kebakaran di Ciracas

Ia menjelaskan awan panas guguran pada periode ini tidak terjadi. Namun perlu diwaspadai kemungkinan awan panas guguran terjadi ke arah selatan yakni ke Kali Kahetang dan Kali Batuawang.

“Diharapkan mewaspadai adanya awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava,” katanya.

Karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang, kata dia, terjadi dari penumpukan material lava yang gugur/longsor.

Potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Karangetang yaitu akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava pijar.

Hal ini berpotensi menjadi guguran lava atau awan panas guguran ke bagian hilir, sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah/sungai tersebut. Selain itu, juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan dari kali yang berhulu dari puncak kawah.

BACA JUGA  Letusan Kedua di Gunung Ibu-Halmahera, 400 Jiwa Lebih Penduduk Dievakuasi

Badan Geologi mencatat kegempaan selama periode tersebut terekam sebanyak 615 kali gempa guguran, 11 kali gempa embusan, serta 10 kali gempa hibrid/fase banyak.

Selanjutnya lima kali gempa vulkanik dangkal, tujuh kali gempa vulkanik dalam dan 20 kali gempa tektonik jauh, serta tremor menerus dengan amplitudo antara 0.25-4 milimeter, dominan dua milimeter, kata Sugeng Mujiyanto. (02/Ant)