Wawan Sofwan-Jaya Suprana Pentaskan Monolog “Bung Karno, Besok atau Tidak Sama Sekali”

Pendiri MURI, Jaya Suprana (dua dari kana) menyerahkan rekor MURI kepada sutradara dan aktor teater Wawan Sofwan, yang bersama Jaya Suprana School of Performing Arts pada Sabtu (13/8/2022) menggelar pementasan monolog Bung Karno dengan judul "Besok, atau Tidak Sama Sekali". Rekor MURI diberikan kepada Wawan Sofyan sebagai seniman teater yang mementaskan monolog Bung Karno terbanyak sehingga ditetapkan sebanyak 85 kali sejak tahun 2002. FOTO: istimewa

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Sutradara dan aktor teater Wawan Sofwan dan Jaya Suprana School of Performing Arts pada Sabtu (13/8/2022) menggelar pementasan monolog Bung Karno dengan judul “Besok, atau Tidak Sama Sekali” di Studio Jaya Suprana School, Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta, dalam rangka memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77.

Naskah dan monolog Wawan Sofwan bercerita tentang proses Bung Karno (Presiden Soekarno) dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yakni sebuah pertunjukan berdasarkan sejarah Indonesia dan dalam situasi detik-detik menjelang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan tentang tokoh proklamator Bung Karno.

Monolog juga bercerita mengenai apa saja yang terjadi ketika menghadapi masa kejatuhan penjajahan Jepang.

Jaya Suprana yang dikenal sebagai seorang budayawan multitalenta yang berkarya sebagai pianis, komponis, penulis, industriawan, karikaturis, klirumolog, humorolog, pembicara publik, presenter televisi dan sebagai pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengakui menikmati meyaksikan pementasan monolog Bung Karno dengan judul “Besok, atau Tidak Sama Sekali” itu.

“Penampilan Mas Wawan memang luar biasa, saya sampai menangis. Saya baru tahu pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa ini. Walaupun anda membuat saya menangis saya berterima kasih,” katanya.

Pada tahun 2009, kata Jaya Suprana, bersama Aylawati Sarwono mendirikan Jaya Suprana School of Performing Arts yang didedikasikan sebagai wadah kegiatan sosial budaya bagi para seniman-seniman muda berbakat Indonesia.

BACA JUGA  Heboh, Dua Bocah SD Asal Madura Nekat ke Jakarta Naik Motor Tanpa Helm

Hal senada dikatakan Panglima TNI masa bakti 2015-2017, Jenderal TNI (Pur) Gatot Nurmantyo.

Ia juga menyimak bagaimana perjuangan bukan hanya Bung Karno, tentunya para pejuang yang dengan ketulusan hati rela untuk mengusir penjajah.

“Saya tidak bisa menyimpulkan, tapi dalam kondisi ‘Besok, atau tidak sama sekali’ saya katakan bangkit atau punah,” katanya.

Pada kesempatan itu, Gatot membaca puisi yang ditujukan kepada “Soekarnois” dan khususnya kepada para pemuda sebagai pewaris negeri ini dan tulang punggung bangsa yang tentuanya harus punya visi dalam mengamati situasi sekarang ini hingga melanjutkan apa yang sudah dilakukan Bung Karno menjadi bangsa yang besar.

Rekor MURI

Selanjutnya, Gatot Nurmantyo menyerahkan penghargaan Rekor MURI kepada Wawan Sofyan sebagai seniman teater yang mementaskan monolog Bung Karno terbanyak sehingga ditetapkan sebanyak 85 kali sejak tahun 2002.

Dalam pidato kebangsaan, Wakil Presiden Indonesia ke-6 periode 1993–1998 Try Sutrisno mengobarkan kembali rasa perjuangan khususnya para generasi muda.

“Anda akan tetap menjadi harapan bangsa sebagai pelopor bangsa tetap memiliki jatidiri Indonesia, yaitu pelajari Pancasila. Renungkan, hayati dan buktikan, bangkitkan daya juang kita memperjuangkan karunia Tuhan,” katanya.

BACA JUGA  Apresiasi Prestasi Gemilang Nasional-Dunia, BODF Berikan Penghargaan Atlet PB Djarum Hampir Rp1 Miliar

Dalam pertemuan ini, katanya, di samping mengingat kebesaran Bung Karno sebagai perintis kemerdekaan, pejuang 45, juga mengingatkan setiap generasi penerus untuk memberikan kewajiban ini membangun bangsa.

“Usia ke-77 Tahun Kemerdekaan RI suatu momentum dalam menyongsong masa depan, Tahun 2045 Insya Allah Indonesia Emas,” katanya.

Sinopsis Monolog

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh presiden pertama, Bung Karno pada tahun 1945 merupakan tonggak penting dalam sejarah terbentuknya Republik Indonesia.

Di dalamnya, terkandung banyak peristiwa yang menggambarkan situasi perjuangan rakyat Indonesia dalam menggambarkan situasi perjuangan rakyat Indonesia dalam melepaskan diri dari kungkungan penjajahan. Perjuangan Indonesia tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berjasa dan berperan aktif untuk mendeklarasikan berdaulatnya bangsa Indonesia di dunia.

Pertunjukkan monolog “Besok, atau Tidak Sama Sekali” adalah sebuah pertunjukan yang berdasarkan sejarah Indonesia, tokoh proklamator bangsa, dan situasi detik-detik kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya, berkisah Bung Karno, mengingatkan kembali kejadian-kejadian beruntun selama tiga hari sampai pada proses penyusunan naskah proklamasi.

Situasi Bung Karno ketika menunggu Bung Hatta untuk membacakan teks proklamasi tidak banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat.

BACA JUGA  Nadiem: Penyederhanaan Kurikulum Darurat Efektif Memitigasi Ketertinggalan

Dalam hal ini, monolog “Besok, atau Tidak sama sekali” bagian dari memperlihatkan apa saja yang terjadi dalam diri Bung Karno ketika menghadapi masa kejatuhan penjajahan Jepang.

Selama tiga hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno melewati masa-masa paling berpengaruh untuk bisa berdiri sebagai Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia.

Gesekan-gesekan dengan orang-orang terdekat, Bung Karno, yang akhirnya mempengaruhi pengambilan keputusan penting tidak hanya untuk dirinya juga kelangsungan Bangsa Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, Wawan Sofyan seorang sutradara dan aktor teater pada tahun 2022 ini mendapatkan undangan khsusus untuk tampil dan berpartisipasi dalam kegiatan Explorations Festival Melbourne yang diadakan oleh La Mama Theatre Melbourne, Australia. (Red/Um)

Tinggalkan Balasan