Aceh  

Akhmad Munir: ‘Peusijuek’ Jadi Wujud Syukur dan Persaudaraan PWI di Aceh

Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir (duduk-ketiga kiri) bersama sejumlah pengurus menjalani prosesi peusijuek atau tepung tawar sebagai tradisi penyambutan tamu kehormatan di Banda Aceh, Sabtu (1/11/2025).(Foto:Dok.Ant)

“Tradisi ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada tamu, tetapi juga tanda syukur atas lahirnya kepengurusan baru PWI. Apalagi, tiga di antara pengurus PWI Pusat yang hadir merupakan putra daerah Aceh.”

BANDA ACEH, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Akhmad Munir menyebut prosesi peusijuek atau tepung tawar yang dijalani bersama pengurus PWI Pusat di Banda Aceh merupakan wujud rasa syukur dan penguat persaudaraan antarsesama insan pers. Prosesi adat khas Aceh itu digelar bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor PWI Aceh, Sabtu (1/11/2025).

Siaran pers PWI Pusat, Sabtu (1/11/2025) menyebutkan, Akhmad Munir hadir bersama Sekretaris Jenderal PWI Pusat Zulmansyah Sekedang, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama dan Kemitraan Amy Atmanto, serta Anggota Dewan Pakar Muhammad Amru, mantan Bupati Gayo Lues. Kehadiran mereka disambut hangat oleh keluarga besar PWI Aceh dengan prosesi peusijuek sebagai tanda penghormatan dan doa keselamatan.

BACA JUGA  Ketinggian Air Lebih 1 Meter, 41 Desa di Nagan Raya-Aceh Terendam Banjir

Dalam sambutannya, Akhmad Munir menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas sambutan tersebut. Ia menilai, tradisi peusijuek yang dikaitkan dengan peringatan Maulid Nabi menjadi simbol penguatan silaturahmi dan kebersamaan di antara wartawan dari berbagai daerah.

“Kini PWI sudah bersatu kembali. Kami dipercaya menakhodai organisasi ini lima tahun ke depan. Mohon doa agar amanah ini dapat kami jalankan dengan baik demi kemajuan insan pers Indonesia,” ujar Akhmad Munir.

Akhmad Munir juga mengenang masa kecilnya ketika merayakan Maulid Nabi di kampung halaman. Ia menegaskan bahwa peringatan tersebut bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan momentum untuk meneladani Rasulullah SAW dalam menjalankan tugas dan kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA  Korban Kebakaran Ponpes Gontor 8 di Aceh Dibantu Rumah Zakat

“Meneladani Rasulullah berarti memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Wartawan harus menjunjung tinggi kode etik, tidak berniat buruk, dan selalu tabayun untuk memastikan kebenaran informasi,” tuturnya.

Ungkapan Syukur

Sementara itu, Ketua PWI Aceh Nasir Nurdin menjelaskan bahwa prosesi peusijuek merupakan bentuk ungkapan syukur atas terbentuknya kepengurusan baru PWI Pusat periode 2025 – 2030 yang dikukuhkan di Solo, Jawa Tengah, pada awal Oktober lalu.

“Tradisi ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada tamu, tetapi juga tanda syukur atas lahirnya kepengurusan baru PWI. Apalagi, tiga di antara pengurus PWI Pusat yang hadir merupakan putra daerah Aceh,” ujar Nasir.

Acara berlangsung hangat dan khidmat, diakhiri dengan doa bersama untuk kemajuan PWI serta seluruh insan pers Indonesia agar senantiasa berpegang pada prinsip kebenaran, etika, dan tanggung jawab dalam menjalankan profesinya.(PR/01)