Belenggu Petani 25 Tahun, HKTI: Utang Petani Dihapus Presiden Prabowo

Petani
Ketua Umum DPN Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon memotong tumpeng organisasi itu memasuki usia ke-52 di Jakarta, Rabu (30/4/2025). FOTO: HO-HKTI

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Umum DPN Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon menyatakan bahwa akibat telah membelenggu selama 25 tahun, Presiden Prabowo Subianto menghapus utang petani melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2024.

“Dalam tempo kurang dari 30 hari, Presiden menyelesaikan masalah utang yang sudah menghambat produktivitas petani. Akses permodalan kini terbuka kembali. Padahal masalah utang ini sudah membelenggu petani selama 25 tahun,” katanya dalam taklimat media yang diterima sudutpandang.id di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Fadli Zon menyebut kebijakan ini sebagai terobosan cepat dan menyasar akar persoalan klasik yang lama menghambat produktivitas pertanian.

Ia menyatakan memasuki usia ke-52, HKTI menilai serangkaian kebijakan pemerintahan Prabowo menunjukkan keberpihakan nyata kepada petani.

BACA JUGA  Polisi Ungkap Fakta Video Viral Perempuan Jadi Imam Salat di Langkat

Salah satunya, kebijakan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp6.500 per kilogram sejak awal 2025, yang dinilai langsung berdampak pada pendapatan petani. Kenaikan ini turut mendorong nilai tukar petani (NTP) mencapai 123,72 pada Maret.

“Peningkatan kesejahteraan petani salah satunya disebabkan oleh HPP gabah yang sebelumnya rendah dan lama tak disesuaikan. Pemerintah kini mengevaluasi HPP secara berkala. Ini terbukti meningkatkan pendapatan petani,” katanya.

Pihaknya juga mencatat lonjakan penyerapan gabah oleh Bulog hingga 30 Maret 2025 yang telah menembus 725.000 ton setara beras—angka tertinggi dalam satu dekade.

HKTI menyambut capaian ini sebagai langkah besar menuju kedaulatan pangan dan mengapresiasi sinergi yang terjadi.

BACA JUGA  Kodim Probolinggo Hadiri Program Swasembada Pangan

“HKTI mendukung Bulog terus meningkatkan penyerapan gabah petani,” katanya.

Distribusi pupuk bersubsidi yang lebih tepat sasaran juga mendapat sorotan positif dari HKTI. Selama ini, kelangkaan pupuk sering menghambat musim tanam.

“Petani juga semakin mudah mendapatkan pupuk bersubsidi yang ketersediaannya tepat jumlah, tepat harga dan tepat waktu,” katanya.

Ia menambahkan, HKTI siap ikut mengawasi distribusi agar tidak terjadi penyimpangan.

Ditegaskannya bahwa pentingnya keberimbangan antara insentif input seperti pupuk dan modal, serta insentif output berupa harga dan penyerapan. Menurutnya, kombinasi itu menjadi kunci keberhasilan agenda reformasi pertanian.

Lebih jauh, program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga dinilai akan mengangkat kesejahteraan petani dengan menyerap hasil produksi lokal.

BACA JUGA  Wanita Asal Indonesia di Singapura Sembuh dari Virus Corona

“MBG selain mencetak generasi emas, juga membuka pasar bagi produk pertanian seperti sayur, telur, dan daging. HKTI siap jadi garda terdepan mendukung program ini,” demikian Fadli Zon. (PR/02)