BMKG Sebut Gempa M 5,2 Yogyakarta Akibat Deformasi Kerak Bumi Zona Outer Rise

Dok.Fotografer

YOGYAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Wilayah Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta diguncang gempa tektonik hari ini, Kamis (8/9/2022) pukul 14.01 WIB. Parameter gempa terupdate bermagnitudo 5,2 dari sebelumnya disebutkan 5,3.

Plt. Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa yang mengguncang Yogyakarta merupakan jenis dangkal.

Kemenkumham Bali

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 10,55° LS ; 109,64° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 246 Km arah Selatan Kota Wates, Daerah Istimewa Yogyakarta pada kedalaman 9 km.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi kerak bumi di zona outer rise,” katanya, Kamis (8/9/2022).

BACA JUGA  PVMBG: Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet di Jateng Meningkat

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi bermagnitudo 5,2 ini memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).

Dampak Gempa

Gempa bumi bermagnitudo 5,2 yang melanda Yogyakarta menimbulkan guncangan di sejumlah daerah, seperti Galur, Kulon Progo, Srandakan, dan Wates. Skala intensitas guncangan sekitar II – III MMI.

Artinya, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu. Hingga saat ini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” ucap Daryono.

Tak Ada Gempa Susulan

Daryono menyebut, hingga pukul 14.25 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan ( aftershock ). Meski demikian, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang.

BACA JUGA  Dinkes: Kategori Kuning-Oranye, Kualitas Udara Semarang Tak Sehat

“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujar dia.

Daryono meminta masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Selain itu, masyarakat perlu memeriksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa.

“Pastikan tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah,” ujar Daryono.(red)

 

 

Tinggalkan Balasan