Hemmen

Erdogan: Serangan Israel di Gaza Berubah Menjadi Pembantaian

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. FOTO: Sumber: Anadolu Agency

ISTANBUL, SUDUTPANDANG.ID – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa serangan Israel di Gaza, Palestina sudah melampaui batas-batas hak membela diri dan telah berubah menjadi tindakan penindasan, kekerasan, pembantaian, dan kekejaman.

Dalam pertemuan Dewan Keluarga Turki di Ibu Kota Ankara, seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu di Jakarta, Jumat (27/10/2023) Erdogan juga mengkritik Uni Eropa (EU) karena gagal mendorong gencatan senjata di Gaza.

Kemenkumham Bali

“Tidak ada seorang pun yang mengharapkan kita untuk tetap diam ketika kekejaman terjadi di depan mata kita,” katanya pada Kamis (26/10).

“Berapa banyak lagi anak-anak yang harus mati agar Komisi EU menyerukan gencatan senjata?” kata dia.

“Berapa banyak lagi bom yang harus jatuh di Gaza agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan?” tambah Erdogan, melanjutkan kritiknya terhadap ketidakefektifan badan tersebut.

BACA JUGA  Trans Studio Mall Makassar Kebakaran, Pengunjung Berhamburan

Juru bicara utama Komisi Eropa untuk urusan luar negeri, Peter Stano, pada Rabu (25/10) mengatakan bahwa Uni Eropa belum menyerukan gencatan senjata karena “serangan-serangan” yang masih terus berlangsung dari kelompok Palestina, Hamas.

Stano menegaskan kembali posisi EU dan dukungannya terhadap Israel.

“Mereka yang dengan mudah memberikan penghakiman terhadap hak asasi manusia dan kebebasan ketika ada kesempatan telah mengabaikan hak hidup kaum tertindas di Gaza selama 19 tahun,” kata Erdogan.

Ia mengatakan bahwa sejak konflik Israel-Hamas dimulai hampir tiga pekan lalu, disertai dengan penghentian layanan-layanan penting di Jalur Gaza, Turki telah mengirimkan lebih dari 200 ton bantuan ke Gaza melalui Mesir.

BACA JUGA  Hentikan Kekejaman Israel, MUI Akan Surati Joe Biden

Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah mulai mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza, tetapi bantuan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut. (02/Ant)