Film Air Mata Mualaf: Perjalanan Menemukan Hidayah dan Dinamika Keluarga

Film air mata mualaf
Film Air Mata Mualaf: Perjalanan Menemukan Hidayah dan Dinamika Keluarga (Foto:Net)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Film Air Mata Mualaf, produksi Merak Abadi Productions bersama dengan Suraya Filem Malaysia, dijadwalkan mulai hadir di jaringan bioskop seluruh Indonesia pada 27 November 2025. Karya kolaboratif antara dua rumah produksi Indonesia-Malaysia ini juga akan dirilis di layar lebar di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah pada awal Desember 2025. Setelah itu, film tersebut dijadwalkan tayang di platform Netflix pada 2 April 2026.

Sang sutradara Indra Gunawan mengatakan Air Mata Mualaf mengangkat kisah keluarga, dinamika perbedaan agama, keberanian menentukan pilihan hidup, serta perjalanan spiritual yang datang tanpa terduga.

Indra Gunawan menegaskan bahwa film ini tidak dibuat untuk menghakimi, melainkan untuk menggambarkan manusia ketika dihadapkan pada keputusan penting dalam hidup.

“Saya membuat film ini bukan untuk menunjukkan siapa yang benar atau salah. Fokus kami adalah menghadirkan manusia apa adanya, dengan ketakutan, cinta, dan keberanian mereka. Setiap orang pernah berada di titik ketika ia harus memilih jalannya sendiri, dan proses itulah yang kami ceritakan,” katanya saat jumpa pers selepas press screening film Air Mata Mualaf di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/11/2025).

BACA JUGA  Nindy Ayunda Akui Sering Ikut Kajian Agama Islam

Produser Dewi Amanda menjelaskan bahwa keberanian mengangkat tema yang cukup sensitif justru bermula dari kedekatannya dengan kehidupan nyata.

“Perbedaan dalam keluarga sering dipandang sebagai ancaman. Tetapi melalui film ini, kami ingin menunjukkan bahwa perbedaan bisa menjadi ruang belajar,” katanya.

“Hidayah atau jalan pilihan tidak datang karena paksaan manusia, ia datang dari Tuhan. Film ini mengajak penonton melihat itu dengan hati yang lebih lembut,” sambungnya.

Film Air Mata Mualaf menghadirkan jajaran pemain seperti Acha Septriasa (Anggie), Achmad Megantara (Ustaz Reza), Budi Ros (Pak Joseph), Dewi Irawan (Bu Maria), Rizky Hanggono (Willy), Dewi Amanda (Magda), Matthew Williams (Ethan), Yama Carlos (Ramli), serta Almeera Quinn (Alya).

Dari sisi karakter, Acha Septriasa menyampaikan bahwa tokoh Anggie memberinya pemahaman baru tentang keteguhan seorang perempuan dalam mengambil keputusan. Anggie digambarkan sebagai perempuan yang mengambil langkah tanpa membenci, dan melangkah tanpa amarah. Ia yakin pada pilihannya, namun tetap memelihara cintanya yang mendalam kepada keluarganya.

BACA JUGA  Marcelino Lefrandt Ungkap Alasan Putus dengan Violenzia

“Peran ini mengingatkan saya bahwa memilih jalan sendiri bukan tindakan meninggalkan, tetapi keberanian untuk jujur pada diri sendiri,” tutur Acha Septriasa.

Sementara itu, Achmad Megantara yang memerankan seorang ustaz menegaskan bahwa setiap perjalanan spiritual memiliki jalannya masing-masing  ia mengungkapkan bahwa banyak orang menemukan keyakinan bukan karena marah, tetapi karena panggilan hati. Hidayah datang dengan cara yang tak terduga, dan tak semua orang dapat memahaminya pada waktu yang sama.

“Melalui karakter saya, film ini ingin menunjukkan bahwa dialog antara iman dan kemanusiaan harus selalu diberi ruang,” ujar Achmad Megantara.

Dari sisi keluarga, Rizky Hanggono menuturkan bahwa sejumlah adegan dalam film ini membangkitkan kenangan personal baginya. Ia mengaku salah satu adegan mengingatkannya pada adik perempuannya.

“Konflik keluarga sering kali lahir bukan dari kebencian, tetapi dari rasa takut kehilangan. Film ini mengingatkan bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti mengarahkan hidupnya,” ujarnya.

Indra Gunawan kembali menegaskan bahwa film ini tidak menempatkan siapa pun sebagai tokoh jahat. Tiap karakter membawa cinta dalam bentuk berbeda: ada yang menjaga tradisi, ada yang mempertahankan pilihan, dan ada pula yang berusaha memahami.

BACA JUGA  Ini Alasan Film A Business Proposal Penuh Kontroversi

“Ketegangan terbesar terjadi bukan antara agama, melainkan antara hati yang ingin menjaga keluarga dan hati yang ingin jujur pada dirinya sendiri,” katanya.

Air Mata Mualaf juga menjadi wujud kerja sama lintas budaya yang mempertemukan insan perfilman dari Indonesia, Malaysia, dan Australia. Kehadiran aktor internasional seperti Syamim Freida, Hazman Al Idrus, dan Matthew William memberikan perspektif segar dalam proses kreatif, sekaligus menunjukkan bahwa kisah tentang keluarga dan pencarian makna hidup dapat diterima oleh siapa pun, di mana pun.(04)