Hemmen

Gus Udin: Kader Ulama Perlu Selami Sejarah Bogor

Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor Dr Aep Saepudin Muhtar, yang akrap disapa "Gus Udin". FOTO:dok.Ant

BOGOR, JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor Dr Aep Saepudin Muhtar, yang akrap disapa “Gus Udin” mengajak peserta Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan XVII menyelami sejarah Bogor, Jawa Barat.

“Jika membicarakan soal Bogor berarti menarasikan sebuah peradaban yang tua,” katanya kepada para peserta setiap kali menjadi pemateri mengenai “kebogoran” pada perkuliahan Pendidikan Kader Ulama (PKU) angkatan XVII di Wisma Dharmais, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Senin (31/7/2023) .

Kemenkumham Bali

Ia menjelaskan dalam lintasan sejarahnya, Bogor dimulai dari masa pra sejarah — sebelum mengenal budaya menulis — yakni denhan ditemukan beberapa situs, seperti situs Arcadomas di Tenjolaya (zaman megalitikum), situs Pasir Angin di Cibungbulang yang berusia kurang lebih dua ribu tahun, dan situs-situs lainnya.

BACA JUGA  Digembleng Jadi Kader Ulama di Unida-Gontor, Pelajar Kaltim Selesaikan Pendidikan

Kemudian, kata dia, memasuki masa sejarah –sudah mengenal budaya menulis– dimulai pada masa Kerajaan Tarumanegara (358 Masehi – 669 Masehi), ditemukan sejumlah prasasti, seperti Prasasti Ciaruteun di Cibungbulang ditemukan sekitar abad XVIII, Prasasti Tapak Gajah/Kebon Kopi I ditemukan sejak awal abad XIX, dan yang lainnya.

Kemudian, sampai memasuki masa keemasan pada masa Kerajaan Sunda Pajajaran yang ibukotanya di Pakuan dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482 – 1579).

Ia juga menjabarkan bagaimana perkembangan sosial politik Bogor pada masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, serta masa revolusi kemerdekaan.

“Pada masa revolusi, kita bisa lihat perjuangan santri dan kyai di wilayah Bogor Barat, ada seorang ulama, penyair, dan pejuang bernama Raden Abdullah bin Nuh,” katanya.

BACA JUGA  Penyanderaan Pilot Susi Air, Kapolda Papua: Ada Pihak Ketiga!

Ia menjelaskan setelah proklamasi dibacakan oleh Presiden Soekarno, Raden Abdullah bin Nuh yang mengumumkan teks proklamasi dalam Bahasa Arab, sehingga rakyat Mesir dan Timur Tengah mengetahui Indonesia merdeka.

“Bahkan di wilayah Bogor Barat perjuangan melawan kolonial Belanda dipimpin oleh kelompok ulama, di antaranya Hizbul Wathan di Leuwiliang, Al Ittihadul Islamiyah di Cibungbulang, dan Taman Siswa Nirmala di Jasinga,” katanya

Pengasuh Ponpes Darul Mizan Tenjolaya ini juga menjelaskan kondisi sosial politik Bogor pada masa kini dengan segudang permasalahannya.

“Permasalahan sosial politik kita hari ini sangat kompleks. Mulai dari persoalan infrastruktur, SDM, Kemiskinan, pengangguran, hingga munculnya ‘nabi palsu’,” katanya.

Ia juga mengingatkan kepada peserta PKU XVII bahwa Indonesia akan genap berusia 100 tahun. Menurut dia, Indonesia memasuki bonus demografi pada tahun 2045. Ia meyakini jumlah penduduk usia non produktif lebih sedikit dibanding yang berusia produktif.

BACA JUGA  Hasil Ijtima Ulama MUI Bogor: Tolak Perilaku LGBT

“Sudah saatnya kalian anak-anak muda mengambil alih peran strategis di level kepemimpinan daerah dan level nasional,” kata Aep Saepudin Muhtar. (02/Ant)