BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama, Kota Bogor, Jawa Barat, menggelar pengajian akbar mengusung tema “Insan Beraklak Mulia: Yakin Mau Jadi Guru?” yang diikuti guru dan tenaga kependidikan secara hibrida, yakni secara non-daring dan daring menghadirkan narasumber ustadz Donny Amir Sagaf, pendiri Majelis Maqbul Qur’ani (MMQ).
Dalam kegiatan yang digagas oleh Yayasan Wikrama Indonesia — yang menaungi SMK Wikrama di sejumah daerah di Indonesia — pada Ahad (18/2/2024) di Aula Balaikrida SMK Wikrama Bogor itu, secara daring diikuti oleh 1.000 guru mitra melalui “zoom meeting” dan juga saluran kanal Youtube secara langsung.
SMK Wikrama adalah sekolah pusat keunggulan yang ditetapkan Kemendikbudristek. Selain kantor pusatnya di Kota Bogor, SMK Wikrama juga ada di Kabupaten Garut (Jabar), Kabupaten Jepara (Jateng), Kabupaten Semarang (Jateng),di Kota Banjarmasin (Kalsel), dan Kabupaten Bekasi.
Ketua Yayasan Prawitama, Sutera Pramitaratri, STP saat membuka acara itu menyatakan bahwa pengajian bersama itu adalah momentum sangat berharga dan penting untuk para pendidik.
Ia merujuk bahwa keterhubungan pihaknya dengan ustadz Donny terjadi saat pandemi COVID-19 lalu melalui kajian secara daring.
Kala itu, dari kajian-kajian yang diikuti mendapatkan pengetahuan mengenai Islam, di antaranya bahwa kitab suci Al Quran tidak hanya terkait dengan ibadah saja.
“Tapi juga menggali karakter, sejarah para pendahulu kita melalui ujian yang dihadapi dan menjadi contoh bagi kita semua,” katanya.
Dalam paparannya, ustadz Donny Amir Sagaf menyampaikan profesi guru memang terkesan sesuatu yang mungkin kurang favorit.
Contohnya adalah reaksi masyarakat, tatkala bertemu orang yang studi di lembaga pendidikan tinggi semacam Perguruan Guru Sekolah Dasar (PGSD), saat ditanya kuliah di mana.
“Ketika ada pertanyaan seperti itu, reaksinya ada yang ekspresinya kaget, yang terkesan baik dan ada yg kurang,” katanya.
Ia juga menceritakan pengalamanya berceramah di depan calon guru di lingkungan mahasiswa Perguruan Guru Sekolah Dasar (PGSD) terkait hal tersebut, yakni menanyakan kepada peserta apakah mereka
yakin mau menjadi guru, terlebih dengan konsekuensi ekonomi, seperti gaji yang mungkin tidak besar.
“Jadi rupanya ada hal-hal yang harus dikupas lagi, ada banyak kesalahpahaman kita tentang betapa tingginya profesi guru. Bahkan, seharusnya dengan menjadi guru, segala bentuk kesuksesan dunia ada di genggaman kita,” katanya.
Dalam konteks itu, kemudian dia merujuk konsep bahwa kebahagian atau hasanat akhirat itu berawal dari hasanat dunia berdasarkan Al Quran surat Al-Baqarah ayat 201 yang selama ini dikenal dengan “doa sapu jagat”, yang artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia serta di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka”.
Hal itu, seperti juga pada iman dan amal salih, yang tidak bisa pilih salah satu karena menyambungkan, sehingga dunia yang hasanah itu akan menjadikan akhirat hasanah
“Jadi keliru kalau ada orang bilang saya dunia nggak mau, mau kejar akhirat saja, itu nggak bisa, anda tidak akan dapat akhirat hasanah kalau dunianya tidak hasanah, atau sebaliknya akhirat yang hasanah akan didapat kalauo dunianya khasanah,” kata pengajar “taddabur” Al Quran di sejumlah masjid lingkup pemerintahan dan swasta itu.
Ia menjelaskan konsep bahagia atau hasanah dunia itu berdasarkan perintah di Al Quran ada lima, yakni (1) sehat fisik dan jiwa (bisa makan dan minum apapun yang halal dan sehat jiwanya, yakni di QS: Al A’raf 7:31), Al An’am 6:141, dan As-syam 91: 7-11.
(2). Keuangan (kemampuan) cukup/muzaki: Al Baqarah 2: (219, 254), dan boleh menjadi orang kaya Al A’raf 7:32
(3) Mampu berjalan di atas muka bumi dan mengambil pelajarannya, Ali Imran 3:137, Al Mulk 67:15. Dalam konteks ini, dijelaskannya bahwa jalan-jalan itu peringah Allah SWT, seperti umroh dan haji
(4). Keluarga yang bahagia: Al Furqon 25:74, Ar-Rum 21.
(5). Ilmu dan amal yang benar dan mendalam Al A’raf 7:52
Dari kelima hasanah dimaksud, katanya, yang bisa mendapat semua ini, ranking 1 guru. Dicontohkan bahwa Rasululllah Muhammad SAW pernah menjadi pebisnis dan hingga akhir hayatnya jadi guru, bukan karena terpaksa dan tidak ada pilihan.
“Karena itulah yang bisa mendapat sukses dunia dan akhirat,” katanya.
Ia mengatakan kelima unsur itu harus ada semua meski persentasenya tidak sama. Namun, tips-nya dari lima itu yang harus dimulai dan dijaga adalah yang unsur kelima.
“Kita pernah dan sering mendengar bahwa 9 dari 10 sahabat nabi adalah pedagang. Namun, yang tidak pernah kita dengar, mereka ke-10-nya adalah guru, ini harus diungkap. Jadi pebisnis/pedagang itu sampingannya,” katanya.
“Memang benar bahwa 9 dr 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga adalah pedagang, tapi ke-10 adalah guru, walaupun bukan semua mengajar sekolah,” tambah Donny Amir Sagaf.
Sementara itu pembina Yayasan Prawitama, Ir Hj Itasia Dina Sulvianti, M.Si menyampaikan bahwa dirinya mendengar ustadz Donny membuat kurikulum islami untuk pendidikan agama di Indonesia sehingga pihaknya menyambut baik itu.
Dalam kaitan itu, bersama mantan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar yang juga pernah menjadi Gubernur Provinsi Aceh, Itasia Dina Sulvianti mengajak ustadz Donny untuk merintis sekolah di Kabupaten Pidie dengan menerapkan kurikulum dimaksud.
“Harapan kami, semua itu kita riilkan, tidak hanya sekadar kajian, namun dijadikan riil dengan ‘action’ apa. Tujuan yang terbersit di otak saya hanya satu, perubahan bangsa Indonesia,” katanya. (02/Red)