PALEMBANG, SUDUTPANDANG.ID – Sejak pekan lalu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Kota Palembang menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga minyak goreng. Nyatanya, harga bahan pokok itu tidak mengalami penurunan.
Di sejumlah pasar di Palembang, harga minyak goreng masih sama dengan tiga bulan lalu atau sejak terjadi kenaikan. Pedagang masih menjual minyak goreng eceran mulai Rp19 ribu hingga Rp22 ribu per liter, tergantung merek.
Pedagang mengaku tidak bisa menurunkan harga karena sudah tinggi dari agen. Harga juga tidak bisa langsung turun drastis, melainkan secara berangsur dan cukup memakan waktu lama sekitar satu bulan.
“Bagaimana kami jual murah kalau harga dari agen memang tinggi, kami menyesuaikan saja. Kalau jual murah kami rugi,” ungkap Rinto (46), pedagang Pasar Sekip Ujung Palembang, Rabu (19/1/2022).
Dikatakan, harga normal minyak goreng Rp11 ribu sampai Rp13 ribu per liter. Selama tiga bulan terakhir harganya mengalami enam kali kenaikan dan tembus Rp22 ribu per liter.
“Walaupun mahal, warga masih membelinya, cuma kadang mengurangi jumlah pembelian, mungkin ngirit,” ujarnya.
Menurut dia, operasi pasar yang digelar pemerintah tidak berpengaruh sama sekali. Apalagi ada batasan pembelian yakni tak lebih dari dua liter per orang dengan harga Rp14 ribu per liter.
“Apalagi tempatnya kan pindah-pindah, otomatis orang masih beli di warung atau pasar
lagi kalau minyak beli dari pemerintah habis,” kata dia.
Kepala Dinas Perdagangan Sumsel Ahmad Rizali mengatakan, pihaknya memberikan waktu kepada pedagang selama satu minggu ke depan untuk menormalkan harga minyak goreng di harga Rp14 ribu per liter. Tim Satgas Pangan akan memantau perkembangannya di lapangan.
“Kami minta pedagang patuh, tidak ada lagi minyak goreng di atas HET (harga eceran tertinggi,” kata Rizali.
Dia menyebut batas akhir pelaksanaan operasi pasar minyak goreng dipercepat menjadi 21 Januari 2022 yang semula dijadwalkan berakhir 28 Januari 2022. Sejak digulirkan, sudah menghabiskan 50 ribu liter minyak goreng.
“Antusiasme masyarakat begitu besar, hanya dalam waktu tiga jam sudah habis. Tujuan kami setidaknya mengurangi beban masyarakat, terutama menengah ke bawah,” ujarnya.(red)