JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Kondisi ironis terjadi di saat pemerintah tengah gencar menggaungkan program swasembada dan ketahanan pangan unggas nasional, namun saat ini justru terjadi anjloknya harga ayam hidup (livebird) di berbagai daerah di Tanah Air, demikian diungkapkan Komunitas Peternak Rakyat Mandiri Indonesia (PERMINDO).
“Ironisnya, kondisi ini terjadi di saat pemerintah tengah gencar menggaungkan program swasembada dan ketahanan pangan unggas nasional,” kata PERMINDO dalam taklimat media yang diterima di Jakarta, Minggu (26/10/2025).
PERMINDO menyatakan sejak Sabtu (25/10) malam ini, ribuan peternak rakyat di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur kembali cemas.
Kecemasan itu terjadi akibat harga ayam hidup dilaporkan anjlok ke level terendah Rp19.000–19.300 per kilogram di Jawa Barat, dan Rp19.500–20.000 per kilogram di Jawa Timur.
“Dengan harga segitu, kami benar-benar tidak sanggup menutup biaya produksi,” kata Teguh, peternak dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Menurut laporan lapangan yang diterima PERMINDO, pasokan “Day Old Chick” (DOC) — anak ayam yang baru berusia satu hari setelah menetas — sebenarnya normal dan tidak mengalami kekurangan.
Namun, para peternak kesulitan mendapatkan DOC karena praktik “bundling” yang mewajibkan pembelian DOC bersamaan dengan pakan dari perusahaan tertentu.
“Kami ini seperti dipaksa. Kalau tidak beli pakan dengan target tertentu, kiriman DOC bisa dikurangi. Akhirnya ayam menumpuk di kandang karena kami takut penyaluran berikutnya macet,” kata Wayan, peternak asal Bogor.
PERMINDO menilai praktik semacam ini sudah di luar nalar ekonomi sehat. Di tengah biaya pakan yang terus melonjak dan harga DOC yang tidak rasional, posisi peternak rakyat semakin terjepit. Ketika harga “livebird” anjlok, potensi kerugian besar sulit dihindari.
Ketua PERMINDO, Kusnan, menegaskan bahwa fenomena ini bukan pertama kali terjadi.
“Setiap kali harga DOC dan pakan dikendalikan lewat mekanisme tidak transparan, yang jadi korban selalu peternak kecil. Kami mendesak pemerintah menertibkan rantai distribusi DOC dan pakan, serta mengawasi sistem bundling yang merusak mekanisme pasar,” katanya menegaskan.
Selain itu, PERMINDO juga menyerukan kepada seluruh peternak rakyat untuk waspada terhadap permainan pasar dan tidak mudah terjebak dalam skema yang menjanjikan kemudahan tetapi justru menjerat.
“Waspada, jangan sampai kita di-‘prank’ lagi. Saat pasokan normal tapi harga seolah langka, itu tanda permainan sedang berjalan,” katanya.
Intervensi Kementan-Satgas
Dengan situasi ini, kata dia, PERMINDO meminta adanya intervensi segera dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan Nasional.
“Intervensi pemerintah ini sangat dibutuhkan peternak rakyat dalam waktu segera agar pasar kembali stabil, distribusi pakan dan DOC lebih adil, serta harga ‘livebird tidak kembali jatuh ke titik nadir,” kata Kusnan.
Komunitas PERMINDO adalah wadah perjuangan dan kolaborasi peternak ayam rakyat di seluruh Indonesia yang berkomitmen pada kemandirian, keadilan pasar, dan keberlanjutan agribisnis nasional. (Red/02)


