KEDIRI-JATIM, SUDUTPANDANG.ID – Calon Bupati (Cabup) Kediri nomor urut 2, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) kembali menyampaikan janji kampanyenya dengan akan meningkatkan insentif bagi kader Taman Posyandu (Tapos) di Kabupaten Kediri.
Demikian disampaikan Mas Dhito saat dialog bersama dengan pelaku Kelompok Tani (Poktan), UMKM serta para kader Tapos yang dihadiri sekitar 150 orang warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Selasa (1/10/2024).
“Jadi ada kelompok tani (poktan), UMKM, ada kader Tapos memang saya setiap turun lebih suka berdialog, karena dari dialog itulah akan muncul program-program yang akan datang dan kita menyusun program berdasarkan kebutuhan masalah yang ada di masyarakat,” katanya.
Pada kesempatan dialog kampanye ini, Mas Dhito mengakui kinerja kader Posyandu yang sangat luar biasa meski hanya mendapat insentif sebesar Rp50.000, belum termasuk dipotong pajak Rp3.000 sehingga pendapatan yang mereka terima hanya senilai Rp47.000.
“Kader posyandu kita akan naikkan ke Rp100.000 tanpa potong pajak dan diberikan BPJS. Bila kita naikkan Rp150.000 akan dipotong pajak dan BPJS. Jadi itu simulasi anggaran yang akan kita lakukan,”
katanya.
Terkait anggaran, tak segan-segan Mas Dhito menghitung anggaran sebanyak Rp13 miliar hingga Rp15 miliar akan disiapkan tergantung kebutuhan secara menyeluruh.
Ia berpendapat bahwa jumlah itu sangat realistis.
Dari sektor pendidikan, ia bejanji jika terpilih lagi menjadi Bupati Kediri akan menjalankan mandat memperbaiki nasib guru-guru honorer di Kabupaten Kediri.
“Insya Allah kalau saya masih diberikan mandat untuk melayani masyarakat, guru honorer ini akan kita angkat untuk menjadi PPPK semua. Kalau di sektor kesehatan kita masih punya kendala, kita belum ada rumah sakit rawat inap yang layak di bagian barat sungai, jadi kayak warga Semen pasti rata-rata akan ke kota atau kabupaten tetangga. Maka harapannya nanti akan ada rumah sakit baru,” tambahnya.
Kemudian ia menjelaskan bila rencana pembangunan rumah sakit di barat sungai tidak harus menggantungkan APBD.
“Kalau pembangunan Kabupaten dari APBD maka tidak akan terwujud. Kiya akan kerja sama dengan pihak ketiga, investasi kita datangkan ke Kediri,” katanya.
Lalu terkait UMKM, saat dialog juga disampaikan telah berhasil memasarkan produk teh rosela dari kecamatan hingga “go international”.
“Saya ingat ibu itu datang ke saya tahun 2023 awal, Dia menyampaikan bahwa teh rosela adalah komoditas utama yang harus dijaga, tapi harganya hancur di kisaran Rp18.000 hingga Rp21.000 per kilo,” katanya.
“Alhamdulillah hari ini kita berhasil menjaga harga. Teh rosella di angka kisaran Rp65.000 sampai Rp75.000 per kilo, jadi peningkatannya sudah sangat signifikan,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan program lainnya terkait para petani mangga podang untuk tidak memboster hasil panennya.
“Ini yang masih menjadi tugas kami berikutnya mangga podang. Saya imbau kepada petani mangga podang untuk tidak membooster mangganya. Biarkanlah buahnya itu matang di pohon. Itu yang menjadi pesan jika masih ingin terus survive dan tidak berjualan dengan bentuk mangga lagi, kalau bisa didiversifikasi produk menjadi mangga yang dikeringkan,” kata Hanindhito Himawan Pramana.
Di tempat yang sama, Nidhaurrohmah seorang kader posyandu dari RT02/RW07, Desa Sidomulyo merasa bersyukur mendengar simulasi kenaikkan insentif bagi para kader posyandu.
“Kita tugasnya banyak, kalau cuma segitu semangatnya jadi meredup. Jadi kalau insentifnya ditambah lagi kan tambah semangat lagi dalam menghadapi stunting dan lainnya. Kita ibu kader sangat berharap Mas Dhito untuk naikkan intensifnya agar kita semangatnya tambah luar biasa,” katanya. (CN/02)