MAKASSAR, SUDUTPANDANG.ID – Lima mahasiswa Departemen Teknik Sistem Perkapalan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) berhasil merancang kapal selam mini nirawak bernama Autonomous KRI Barukang.
Ketua Tim Barukang Boat, Nurhalim Dwi Putra dalam penjelasan di Makassar, Jumat (18/11/2022) berharap rancangan kapal selam mini ini senantiasa terus dikembangkan dan mendapatkan banyak dukungan untuk bisa terealisasikan nanti di masa depan, yang tentu akan memperkuat dan melengkapi armada TNI Angkatan Laut (AL) Indonesia.
Dalam konsepnya, ia menjelaskan, KRI Barukang secara umum dirancang untuk menjadi drone permukaan bawah air pemburu kapal selam dan kapal permukaan konvensional, bahkan untuk melakukan operasi pengintaian, survei, dan intelijen, dengan rute yang cocok dioperasikan di seluruh perairan Indonesia.
“Harapannya kapal ini akan menjadi solusi bagi kapal asing yang menyusup ke perairan wilayah Indonesia, bahkan mampu memberikan tindakan pada kapal penyusup tersebut, baik itu ditembak dengan rudal ataupun torpedo,” katanya.
Ia menjelaskan penerapan konsep autonomous dari kapal ini terletak pada diving system otomatis, yang memanfaatkan durasi penyelaman tiap lima jam di bawah air, harus naik ke permukaan lagi, untuk mentransmisikan rekaman data selama pelayaran, dengan menegakkan komunikasi massa ke atas permukaan air, lalu mengirimkan transmisi data ke satelit, hingga diterima oleh kapal permukaan tempat operator berada. Autonomous KRI Barukang, kata dia, dilengkapi dengan alat BlueComm 200 untuk mengunggah volume data yang besar (hingga 10 Mbps) guna memperlancar transmisi data dari operator ke kapal Barukang.
Selain itu, sistem peluncuran dari kapal ini juga dilakukan di kapal permukaan jenis Landing Platform Dock, atau kapal fregat medium, dengan starting mesin dilakukan di atas kapal, hingga mesin sudah standby, dan operator sudah terhubung.
Dengan penerapan konsep dan sistem tersebut, maka kapal siap diluncurkan ke laut, untuk beroperasi. Begitu juga ketika berlabuh (naik ke permukaan) setelah menjalankan misi. Komponen yang berada di circuit room kemudian membaca data dari communication room, yang berisi data rekaman visual, hingga data jelajah selama kapal berlayar.
Ia mengatakan Autonomous KRI Barukang ini dirancang dengan durasi penyelaman maksimal lima jam, untuk naik kembali ke permukaan me-reset posisi dan data, agar tidak terjadi lost signal dengan operator, yang menyebabkan kapal akan hilang dan tenggelam (mati daya).
Sistem autonomous ini sangat bermanfaat, mengingat akhir-akhir ini, maraknya kasus drone lost signal akibat melebihi jangkauan radius pelayaran ataupun karena gangguan transmisi yang diperoleh dari sekitar (sabotase).
Kapal ini dilengkapi sistem persenjataan enam peluncur Rudal Mistral Simbad-RC, yang merupakan sistem pertahanan diri anti-udara jarak pendek yang menggunakan dua rudal Mistral fire-and-forget.
Dalam rancangannya berfungsi dalam memberikan kemampuan pertahanan diri utama di semua kapal perang atau untuk melengkapi pertahanan udara utama kapal perang peringkat pertama. Selain itu, kapal ini juga diperkuat oleh tiga tabung torpedo Black Scorpion di bagian depan.
Konsep desain ini telah diikutsertakan dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2022, dan berhasil meraih juara tiga nasional, kata Nurhalim Dwi Putra. (02/Ant)