BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Kadep IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr.agr. Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc mengemukakan bahwa dalam upaya mengembangkan peternakan domba premium, pihaknya membuka peluang kerja sama investasi hewan kurban.
“Dengan perkembangan yang ada, saat ini kami juga mulai mengembangkan kerja sama-kerja sama dengan berbagai pihak,” katanya di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/10/2024).
“Kami juga melakukan kerja sama investasi untuk hewan kurban dan bakalan domba premium,” tambahnya.
Sebelumnya, pada Senin (21/10), Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan IPB University itu menerima kunjungan sejumlah wartawan dan pensiunan karyawan untuk berdiskusi sekaligus menjelaskan bahwa potensi beternak domba premium di Indonesia sangat terbuka.
Asep Gunawan, inovator domba premium IPB yang meraih penghargaan pada kategori “Innovator of the year for Information Technology Development” yang diselenggarakan Metro TV pada 2022 itu menambahkan bahwa kerja sama lainnya, di antaranya seperti “setting” peternakan, “layout” perkandangan, pengadaan pakan hijauan konsentrat, dan bibit domba premium.
Lalu, juga dilakukan pelatihan “one day training” budi daya, seleksi, perkawinan, pengenalan bahan pakan, penanganan penyakit, pengolahan limbah dan pemasaran
Pusat Pembibitan
Ia mengemukakan bahwa saat ini pusat pembibitan (breeding center) domba premium telah disebar ke seluruh Indonesia guna menjawab kelangkaan bibit.
“Permasalahan yang ada saat ini adalah kelangkaan bibit, sulit menemukan bakalan untuk penggemukan,” katanya.
Selain soal kelangkaan bibit dan sulit menemukan bakalan untuk penggemukan, problem lainnya adalah nilai tambah produk daging domba masih minim, dan produk daging domba masih bertumpu pada penjualan ternak hidup.
Kemudian, juga masih terjadi persepsi masyarakat bahwa daging domba berkolerasi negatif terhadap kesehatan, yakni penyakit degeneratif seperti darah tinggi dan kolesterol jika mengonsumsinya.
Dalam kaitan persepsi kesehatan ini, kata dia, faktanya justru menujukkan domba premium yang dikembangkan ini setelah dilakukan penelitian diketahui kaya asam lemak tak jenuh dan rendah kolesterol.
“Domba sehat penghasil daging premium justru kaya asam lemak tak jenuh, rendah kolesterol, keempukan tinggi, ‘off odour’ rendah, kandungan mineral baik, sehingga terjadi peningkatan kesehatan masyarakat,” katanya.
Meski ada permasalahan mengenai beternak domba premium itu, namun menurut dia, kini sudah ada solusinya.
Di antara solusi tersebut, yakni tersebarnya pusat pembibitan domba premium (breeding center) di seluruh Indonesia.
Untuk sebaran “breeding center” domba premium IPB, kata dia, saat ini ada di Jambi.
Selanjutnya, dalam bentuk sertifikasi dan “set up” pusat pembibitan domba premium di Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dan di Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Lalu, di Kelurahan Poboya dan Kelurahan Layana Indah, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah dan di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Selain itu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dan di Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kerja sama dengan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Pembibitan Ternak Domba dan Kambing (BPPTDK) Margawati, di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dengan demikian, dengan persebaran itu terjadi diversifikasi produk daging domba dan kemudian menjadi produk unggulan daerah.
Kemudian, domba sehat penghasil daging premium, dari riset yang dilakukan menunjukkan kaya asam lemak tak jenuh, rendah kolesterol, keempukan tinggi, “off odour” rendah, kandungan mineral baik
“Sehingga terjadi peningkatan kesehatan masyarakat,” kata Asep Gunawan. (Red/02)