Opini  

Membuka Jendela Dunia Melalui ‘Pojok Literasi’

Membuka Jendela Dunia Melalui 'Pojok Literasi'
Desi Andriyani (Foto:Dok.Pribadi)

“Memang “Membaca adalah jendela dunia”. Sepertinya pepatah tersebut benar adanya. Wawasan seseorang akan bertambah melalui membaca. Lewat membaca, kita akan mengetahui beragam pengetahuan yang tidak kita ketahui sebelumnya.”

(Gagasan Mahasiswa UPG Terkait Pengabdian Kepada Masyarakat)

Kemenkumham Bali

Oleh Desi Andriyani

Perubahan zaman yang sangat pesat termasuk kemajuan teknologi seharusnya memberikan kemudahan dalam mengakses pengetahuan. Namun ternyata masih banyak ditemukan dampak negatif dari kemajuan teknologi seperti penggunaan smartphone yang tidak tepat.

Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa lebih sering menggunakan smartphone untuk bermain games, mendengarkan musik, mengakses Tiktok, Facebook, atau media sosial lainnya, dan cenderung tidak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Permasalahan serupa ditemukan oleh mahasiswa Kelompok 20 dalam kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa yang diadakan oleh Universitas Primagraha (UPG) Serang di Desa Kadu Kempong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian ini dilaksanakan dalam rangka menerapkan ilmu yang didapatkan mahasiswa di kelas dengan terjun langsung ke masyarakat untuk membantu mengatasi masalah dan kebutuhan mereka.

“Sinyal di desa kami hanya di beberapa tempat yang stabil, tapi hampir semua keluarga mempunyai handphone. Sejauh ini mereka memanfaatkan handphone bukan untuk membaca berita atau belajar, termasuk anak saya,” kata Aep, salah satu aparatur Desa Kadu Kempong.

Ia mengungkapkan bahwa di desanya belum ada lembaga atau layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga tidak ada pembelajaran apapun bagi anak-anak.

Setelah kurang lebih satu minggu mahasiswa menganalisis apa yang paling dibutuhkan masyarakat setempat dan didiskusikan dengan Dosen Pembimbing Lapangan, Lesi Lesiani, M.Pd, akhirnya disepakati untuk membuat “Pojok Literasi”.

“Pojok Literasi adalah upaya yang dibangun oleh mahasiswa untuk menciptakan budaya membaca di desa. Daripada waktu anak-anak habis dipakai untuk bermain handphone, lebih baik dimanfaatkan untuk membaca dan belajar. Ini program yang bagus dan semoga bisa didukung oleh semua pihak terkait,” kata Lesi Lesiana.

Beruntungnya, program itu disetujui dan didukung oleh Nursyamsi, Penjabat (Pj) Lurah setempat. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan mencarikan tempat dan membantu memberikan peralatan untuk kelengkapan Pojok Literasi, seperti rak buku serta buku bacaannya.

“Saya berharap program para mahasiswa ini berlangsung tidak hanya satu bulan saja, tapi bisa berkelanjutan karena kebetulan di desa kami belum ada PAUD. Jadi Pojok Literasi ini dapat menjadi tempat belajar untuk anak-anak,” harap Nursyamsi.

Program yang diinisiasi oleh mahasiswa Kelompok 20 itu dimulai dengan membuka donasi yang disebar melalui media sosial, mengirim proposal bantuan buku ke Perpustakaan Daerah Provinsi Banten dan “Rumah Dunia”. Mahasiswa juga mulai membersihkan tempat yang dijadikan sebagai Pojok Literasi yang berlokasi di Kampung Gosali.

Mahasiswa turut memberikan kontribusi berupa poster-poster huruf alfabet, angka, gambar-gambar binatang, papan tulis, spidol, dan penghapus. Haris, selaku Ketua Kelompok mengatakan, meski sedikit kontribusi yang bisa diberikan, tetapi diyakini dapat mempercepat terealisasinya Pojok Literasi.

Pada awal pelaksanaan, Selasa (6/8/2024), mahasiswa membimbing dan memberikan pengajaran kepada anak-anak yang datang ke Pojok Literasi. Mereka dibebaskan untuk membaca buku apa pun yang ada di sana. Mahasiswa juga membacakan buku cerita pada anak-anak dan melakukan permainan-permainan edukatif.

Saat ini beberapa buku yang sudah tersedia lebih banyak buku untuk kategori anak usia dini sampai sekolah dasar, sehingga Pojok Literasi Desa Kadu Kempong masih mengharapkan adanya donasi buku untuk tingkat lebih tinggi atau buku bacaan umum yang bisa dibaca oleh semua kalangan.

“Selain buku, kami juga sebenarnya menginginkan adanya proyektor dan sound system supaya nanti kegiatan di Pojok Literasi lebih variatif, misalnya menonton tayangan film edukasi bersama. Pasti seru dan menarik perhatian masyarakat Desa,” kata Haris, Ketua Kelompok.

Ke depan mahasiswa dan Pemerintah Desa setempat akan terus berupaya menjalin relasi dengan dinas-dinas terkait dan mungkin juga dengan beberapa sekolah untuk membantu kelengkapan serta keberlangsungan program Pojok Literasi itu.

Penjabat Desa Kadu Kempong mengatakan, setelah kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa selesai, Pemerintah Desa akan terus melanjutkan program itu dengan mencari orang yang diberikan tanggung jawab untuk mengurus dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkunjung ke Pojok Literasi.

Nursyamsi juga berpesan kepada para mahasiswa untuk tetap menjaga Pojok Literasi yang telah digagas dengan tidak lepas tangan atau dengan sering bersilaturahmi ke Desa Kadu Kempong serta membawa program-program terbaru untuk desa, selain juga membimbing pengurus Pojok Literasi yang baru nanti.

“Saya merasa bangga kalau apa yang digagas oleh mahasiswa dapat diterima kebermanfaatannya. Tentu ini juga menjadi kebanggaan karena telah membawa nama baik kampus,” kata Lesi, Dosen Pembimbing Lapangan.

Masyarakat setempat terlihat antusias menyambut program ini. Di sisi lain orangtua merasa terbantu dalam memberikan pengajaran pada anak-anak, sedangkan anak-anak merasa senang dapat belajar sambil bermain. Program ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan pengetahuan pada masyarakat Desa Kadu Kempong.

Memang “Membaca adalah jendela dunia”. Sepertinya pepatah tersebut benar adanya. Wawasan seseorang akan bertambah melalui membaca. Lewat membaca, kita akan mengetahui beragam pengetahuan yang tidak kita ketahui sebelumnya.

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Primagraha (UPG) Serang Banten.

BACA JUGA  Bila Anies Jadi Presiden