PACITAN, JATIM, SUDUTPANDANG.ID – Pascagempa utama dengan magnitudo 5,7 yang menggetarkan kawasan pesisir Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada Ahad (23/7/2023) pukul 19.33 WIB, beberapa gempa susulan dengan kekuatan magnitudo rendah dilaporkan masih terjadi, Timur dalam kurun dua hari terakhir.
“Kekuatan gempa (susulan) tidak besar, mulai 2,1 hingga 5,7 magnitudo,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sawahan-Nganjuk Sumber Harto, Rabu saat dihubungi dari Pacitan, Rabu (267/2023).
Pihaknya mencatat ada sembilan kali gempa susulan pascagempa utama dengan magnitudo 5,7 yang menggetarkan kawasan pesisir itu pada Ahad (23/7) lalu.
Rangkaian gempa dari skala tinggi hingga rendah yang terjadi beberapa kali dalam satu tempo waktu yang berdekatan itu lazim terjadi di Pacitan.
Hal itu karena daerah pesisir selatan Jatim bagian barat itu masuk zona subduksi atau megathrust, yakni zona bertumpunya lempeng Indo Australia yang menyusup ke bawah lempeng benua Asia atau biasa disebut dengan istilah lempeng Eurasia.
Penyusupan lempeng itu pula yang menjadi salah satu faktor terbentuknya sejumlah gunung api di Pulau Jawa bagian selatan.
“Saat terjadinya perubahan bentuk memicu getaran hingga terjadilah gempa bumi (tektonik),” katanya.
Menurutnya, jika dari kondisi seismisitas wilayah Jawa Timur dan sekitarnya, aktivitas gempa bumi sebagian besar bersumber dari subduksi lempeng tektonik Indo Australia dan Eurasia di Selatan Jawa.
Zona megathrust tidak hanya berada di Pulau Jawa saja, namun juga meliputi dari ujung Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara.
“Sedangkan wilayah Selatan Pulau Jawa yang dilalui jalur gempa cukup aktif meliputi Yogyakarta, Pacitan, Trenggalek, Blitar, hingga Kabupaten Malang,” katanya.
Ia mengatakan, Kabupaten Pacitan yang menjadi daerah “langganan” gempa. Selain karena berada pada zona megathrust, kondisi ini ditambah dengan aktifnya jalur sesar grindulu.
“Gempa ini sering terjadi di daerah zona prisma akresi,” kata Sumber Harto. (02/Ant)