Berita  

Penjelasan MUI Soal Warga Garut Terpapar Paham Radikal

Kantor MUI Pusat/Foto:.JJ SP

GARUT, SUDUTPANDANG.ID – Di beberapa kelurahan dan kecamatan yang ada di Garut banyak yang terpapar paham radikal Negara Islam Indonesia (NII). Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Garut Kota, Aceng Amirudin.

Berdasarkan data yang dimilikinya, Amirudin menyebut bahwa warga yang terpapar paham NII ada juga dari Kelurahan Regol dan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota.

“Bahkan ada di (Kecamatan) Cibatu dan Limbangan juga ada,” sebut Aceng, Kamis (7/10/2021).

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Garut, Wahyudijaya mengatakan bahwa masuknya puluhan warga yang didominasi anak-anak ke NII terjadi karena beberapa faktor. Diantara faktor-faktor itu adalah pengetahuan agama yang minim hingga persoalan ekonomi.

“Akhirnya mereka mencari jati diri. Kebetulan ada orang yang memberikan kenyamanan. Karena dia pemahamannya kurang, seolah olah yang ditawarkannya itu benar. Namun hari ini mereka sudah kembali ke orang tuanya masing masing. Akan tetapi kita juga pemerintah daerah akan melakukan pembinanan pembinaan dengan melibatkan tokoh masyarakat agar melakukan pembinaan secara intensif,” jelasnya.

Salah seorang warga Kecamatan Garut Kota yang anaknya terpapar paham NII, MU (49) bercerita bahwa anaknya ternyata sudah dua tahun dibaiat. Dalam kurun waktu tersebut, ia merasakan perubahan perilaku anaknya yang masih remaja itu.

“Yang biasanya taat pada orang tua sekarang agak ngebangkang gitu. Jadi dia patuhnya ke kelompok itu. Jadi kebiasaannya menyimpang dan juga sering tidak pulang ke rumah,” ungkapnya.

Selain itu juga, sejak anaknya masuk NII memilih tidak melanjutkan sekolahnya. “Menganggapnya tanpa sekolah pun masa depannya akan tetap bagus,” katanya.

MU sangat berharap agar anaknya bisa kembali seperti sedia kala, saat sebelum masuk NII. Anaknya pun saat ini tengah dalam kondisi penenangan dan bimbingan langsung darinya dan yang lainnya.

“Saya selaku orang tua mengupayakan anak saya dapat kembali ke semula, ke masyarakat, dan juga ke negara. Jadi jangan sampai terbawa arus ke hal-hal yang demikian. Dan juga sekarang saya sedang membujuk anak saya untuk kembali ke sekolah” harapnya.

Ketua MUI Kabupaten Garut, KH Sirodjul Munir meminta agar persoalan perekrutan puluhan warga yang didominasi anak-anak yang dibaiat masuk NII segera dilakukan penanganan dengan serius. Hal tersebut harus dilakukan karena pahamnya lebih berbahaya dibanding ISIS.

“Permasalahan ini sangat krusial dan harus segera ditangani. Kelompok NII ini lebih berbahaya daripada ISIS,” kata.

BACA JUGA  Laskar Rencong Patahkan Taring Macan Kemayoran 1-0

Munir mengungkapkan bahwa dalam sejarahnya, NII muncul setelah agresi militer Belanda II oleh Kartosoewirjo. Namun sebelumnya, saat terjadi kekosongan pemerintah Indonesia di Jawa Barat karena hijrah ke Yogyakarta, pada Februari tahun 1948 di Desa Pangwedusan Cisayong Tasikmalaya perbatasan dengan Malangbong Garut atau yang dikenal dengan segitiga Garut diadakan pertemuan yang disebut dengan Konferensi Cisayong.

“Maka divonis oleh negara bahwa kelompok ini merupakan kelompok yang melakukan kudeta atau mendirikan negara,” ucap Munir.

MUI bersama Forkopimda saat ini dengan fokus berkoordinasi untuk segera menuntaskan permasalahan NII karena menurutnya jika dibiarkan akan lebih berbahaya.

“Saya sudah hampir tiap rapat koordinasi, membahas kondisi Garut soal kelompok ini, ini sangat krusial kalo dibiarkan ini akan lebih berbahaya,” tutup Munir.(red)

BACA JUGA  Pimpinan Ormas di Garut Mengaku Dapat Gelar Profesor dari Soekarno-Hatta

Tinggalkan Balasan