PROBOLINGGO, SUDUTPANDANG.ID –Sebanyak 20 penyandang disabilitas dari Kabupaten Probolinggo kini tengah mengikuti pelatihan keterampilan membuat telur asin sebagai upaya menciptakan peluang usaha mandiri.
Pelatihan ini merupakan bentuk dukungan nyata terhadap pemberdayaan kelompok difabel agar lebih mandiri secara ekonomi.
Program pelatihan ini terselenggara berkat kerja sama antara Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Probolinggo dan PT PLN Nusantara Power UP Paiton, serta difasilitasi oleh SLB Dharma Asih Kraksaan sebagai lokasi pelatihan yang dimulai sejak Minggu (25/5/2025) dan berlangsung selama tiga sesi tiap hari Minggu.
Peserta pelatihan terdiri dari berbagai komunitas difabel, yaitu 10 anggota Pertuni, 5 peserta dari PDKP, serta 5 anggota Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia). Menariknya, pelatihan ini dipandu langsung oleh anggota Pertuni yang sudah ahli, menciptakan suasana pembelajaran yang inklusif dan berbasis pengalaman nyata.
Moh. Anshori, Ketua Pertuni Kabupaten Probolinggo, menjelaskan bahwa pelatihan ini mengajarkan dua teknik utama pembuatan telur asin: menggunakan abu bata merah dan larutan air garam.
“Kita ajarkan dua metode agar peserta bisa memilih yang paling praktis dan efisien sesuai kondisi di rumah masing-masing,” jelas Anshori.
Pelatihan ini tidak hanya fokus pada teknis produksi, tetapi juga memberikan bekal mengenai strategi pemasaran produk, baik secara offline di pasar lokal maupun online melalui platform digital.
“Kami ingin peserta mampu memasarkan produknya secara mandiri. Bahkan dalam jangka panjang, kita siapkan sistem pemasaran bersama sebagai wadah kolaborasi,” tambah Anshori.
Langkah ini selaras dengan semangat SAE Disabilitas (Sejahtera, Amanah, Religius, dan Eksis Berdaya Saing), sebuah gerakan ekonomi inklusif yang mendukung keterlibatan aktif penyandang disabilitas dalam kegiatan wirausaha.
Anshori menegaskan bahwa penyandang disabilitas tidak hanya layak diberi kesempatan, tetapi juga mampu berkontribusi sebagai pelaku usaha mandiri. Ia menyebut bahwa produk seperti telur asin memiliki peluang pasar yang besar, menjadikannya pilihan ideal untuk memulai usaha rumahan.
“Dengan kualitas yang baik, produk kita bisa bersaing. Keterbatasan bukan penghalang, justru bisa menjadi keunikan yang membedakan produk di pasar,” tegasnya.
Para peserta pelatihan menyambut baik inisiatif ini. Mereka merasa senang bisa mempelajari keterampilan baru yang berpotensi meningkatkan penghasilan keluarga. Terlebih, telur asin termasuk produk pangan yang cukup populer di berbagai lapisan masyarakat.(ACZ/04)