TANGERANG, BANTEN, SUDUTPANDANG.ID – Restoran Bebek dan Ayam Kampung Mas Budi yang lagi “booming” di Kota Semarang, Jawa Tengah, kini mencoba keberuntungannya dengan membuka beberapa “outlet”, salah satunya Cabang Ciledug di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
“Bebek ayam kampung Mas Budi, memang memiliki karakter rasa tersendiri. Kami menghidangkan bebek dan ayam kampung yang empuk bagi para pecinta unggas,” kata Kepala Restoran Bebek dan Ayam Kampung Mas Budi Cabang “Outlet” Ciledug, Susi, dalam keterangan kepada media di Tangerang, Senin (30/1/2023).
Susi dan suaminya Imam memimpin tim di “outlet” Ciledug.
Ia menjelaskan bahwa Mas Budi — pemilik resto itu — sebelumnya pernah mencoba mencalonkan diri sebagai tokoh politik dan ternyata gagal serta bangkrut dan juga terlilit banyak utang.
Banyak penghinaan yang menghujam sana sini, namun tanpa putus asa dan malu, ia bangkit dari keterpurukannya dan segera banting setir dengan membuka outlet.
Dari sinilah kebangkitan itu berawal dan membuat Mas Budi kembali percaya diri. Outlet bebek dan ayam kampung Mas Budi, kini berkembang pesat.
Keberhasilannya di Kota Semarang membuat Mas Budi semangat untuk menguji coba membuka cabang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Outlet bebek dan ayam kampung Mas Budi memiliki ciri khas tersendiri, yakni model prasmanan, di mana konsumen bisa ambil sepuasnya. Tambah nasi dan sambal tidak usah membayar. Kecuali lauknya.
Resto Bebek dan Ayam Goreng Mas Budi, yang lagi booming di jagad kuliner. Khususnya di Semarang dan Jawa Tengah, buka sejak awal pandemi 2019, dan kini sudah merajai kuliner “penyetan”.
Bebek ayam kampung mas Budi mulai hadir di Jakarta, Tangerang, Bekasi.
Outlet-outlet tersebut ramai dikunjungi para pecinta bebek dan ayam kampung. Dagingnya empuk dan ditemani sambal menambah citra rasa penikmat kuliner.
Susi menjelaskan tim yang dipimpinnya memiliki bagian masing-masing, yakni terbagi menjadi dua tim, yaitu pagi dan malam.
“Saya dan suami hanya bisa memberikan motivasi yang bermanfaat buat kehidupan orang lain untuk bisa maju dan termotivasi. Mereka yang bekerja di dapur semua ibu-ibu yang sedang berjuang untuk keluarganya,” katanya.
“Setiap kita harus menyadari bahwa seorang ibu adalah ‘bumbu masak’ bagi kehidupan anaknya. Tanpa ‘bumbu masak’ tak akan ada hidangan yang lezat dan ibu seperti kunyit yang mewarnai kehidupan anak-anaknya. Jika tak ada kunyit. Maka hidangan yang akan disajikan tak kan menarik, karena tidak memiliki warna.” kata salah satu karyawan yang disapa dengan panggilan “si botak”. (red/02)