JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID –Terlahir dari keluarga kurang mampu tidak membuat semangat pria asal Sragen, Jawa Tengah, Alfin Dwi Novemyanto untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya terkubur.
Alfin Dwi, berhasil membanggakan ibunya setelah mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk jenjang pendidikan S2.
“Ketika saya melanjutkan studi, saya berharap dengan adanya ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan, saya bisa mengubah diri sendiri dan bisa mengubah kehidupan masyarakat agar bisa menjadi lebih baik lagi,” ujar Alfin dikutip Minggu (22/9/2024)
Alfin mengaku, dirinya mendapatkan informasi beasiswa saat dirinya masih menjadi mahasiswa baru jenjang S1 di Jurusan Ilmu Hukum di Universitas Terbuka (UT).
Saat itu Alfin menjadi delegasi UT di salah satu event nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM). Di dalam acara tersebut, kata Alfin, terdapat seminar tentang beasiswa termasuk LPDP.
Kemudian, saat lulus S1 Alfin sudah mengetahui pendaftaran beasiswa LPDP sedang dibuka. Namun, Alfin masih sempat mengurungkan diri untuk tidak mendaftar karena keadaan ekonomi yang belum cukup, khususnya untuk mencari berkas administrasi pendaftaran
“Karena ada orang baik, beliau membantu membiayai saya untuk melengkapi berkas administrasi pendaftaran walaupun kurang beberapa hari,” kata Alfin.
Selama proses pendataran beasiswa, Alfin juga kerap mengalami beberapa kendala. Beberapa di antaranya adalah mengisi biodata tiga hari sebelum tenggat waktu pendaftaran berakhir.
Kemudian, dua hari sebelum waktu pendaftaran berakhir, Alfin baru melaksanakan Test Of English As A Foreign Language (TOEFL), bahkan Alfin baru membuat esai 1 hari sebelum waktu pendaftaran berakhir.
“Tidak ada bimbingan dalam pembuatan esai. Saat Tes Bakat Skolastik (TBS) tidak sempat belajar, alhamdulillah bisa dapat poin cukup besar, yakni 190. H-1 Tes Substansi Wawancara diniati belajar karena belum ada persiapan sama sekali, tapi Instagram saya yang sudah lama berkembang malah ke-banned dan tidak bisa balik lagi. Rasanya sudah tidak karuan sakit hatinya,” jelasnya.
Saat mendaftar beasiswa, dirinya pun sempat diragukan karena bukan lulusan dari kampus favorit. Selain itu, tidak banyak lulusan dari kampusnya yang mengambil beasiswa ini.
Namun, walaupun tidak pernah ikut seminar dan latihan untuk wawancara, tetapi ia tetap bersemangat dan melakukan yang terbaik, terlebih lagi ia bercita-cita ingin menjadi pendidik dan pemberdaya agar dapat membekali masyarakat terutama di bidang hukum.
“Hal itu dicanangkan agar dapat melindungi dan menjamin mereka berdasarkan tujuan hukum berupa kepastian, keadilan, dan kebermanfaatan. Saya percaya, pendidikan merupakan salah satu cara mengubah nasib seseorang, serta bisa mengangkat derajat diri sendiri dan orang tua,” katanya.
Ia turut berpesan agar setiap orang bisa mengejar mimpinya setinggi mungkin dan tidak menyerah pada keadaan.
“Walaupun saya dari keluarga yang sangat sederhana, saya punya motivasi bahwa kita bisa hidup dengan apa yang kita dapatkan. Kita juga bisa membuat kehidupan atas apa yang kita berikan. Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai yang ada hanya niat yang terlalu rendah untuk melangkah. Kita tidak perlu menjadi hebat terlebih dahulu untuk memulai, tetapi yang diperlukan adalah memulai untuk menjadi hebat,” tutupnya.(PR/04)