JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Pada pagi hari awal Oktober 2021 kemarin, ponsel pintar usang itu tidak henti berdering. Notifikasi keluar masuk silih berganti. Muhammad Halimi, dengan begitu teliti mencatat setiap pesanan yang datang.
Bermodal ponsel android usang, pemilik warung yang menyediakan kudapan tradisional Melayu itu berusaha bertahan. Gempuran berbagai kebijakan untuk menekan pandemi menjadi ujian berkepanjangan. Akan tetapi, strategi tepat dan cepat berhasil mengubahnya menjadi ladang peluang.
Di sudut lain, irama nyaring berdentang dari dua rekannya yang sibuk mengayun sodet di wajan. Asap mengepul beraroma harum serta sedikit tajam menyeruak, memenuhi seluruh ruangan dua kali tiga meter tersebut.
Untuk Halimi, kesibukan di pagi itu adalah rezeki. Karena rezeki yang nyaris setahun terhenti akibat badai pandemi. Padahal banyak yang menjadikannya sebagai sandaran ekonomi sejak lama.
Halimi adalah pengelola Kedai Kopi Bengkalis. Sebuah kedai kopi yang mengusung konsep kudapan tradisional. Kopi Liberika Meranti, mi sagu, mi lendir, dan beragam kudapan lokal lainnya.
Delapan tahun sudah kedai kopi itu bertahan dan bersaing dengan kafe modern dan kenamaan. Namun, lidah melayu segelintir masyarakat Pekanbaru ternyata menemukan seleranya sendiri.
Bagi Halimi, bertahan di tengah pandemi tidak sebanding dengan persaingan dengan menjamurnya kafe baru di Pekanbaru. Namun, dia percaya tidak ada persoalan tanpa jawaban.
Strategi diatur, siasat disusun, dan dia pun banting setir. Dari awalnya mengusung dan mengedepankan konsep kedai kopi lokal dengan gaya tradisional, kini melirik dan memanfaatkan kemudahan digital.
Gojek menjadi pilihannya. Selain merupakan platform digital besutan anak bangsa, cakupan Gojek yang begitu luas di Kota Bertuah, Pekanbaru, Riau, itu menjadi pertimbangan penting lainnya.
“Alhamdulillah. Kini semuanya berangsur normal. GoFood memberikan sumbangsih hampir 50 persen dari total pendapatan kedai kopi kami,” kata Halimi semringah, Selasa (26/10/2021).
Alumni Fakultas Ekonomi salah satu Universitas Negeri di Pekanbaru itu mujur. Jika saja tidak mengubah haluan, maka perahu usahanya bisa saja karam. Kedai Kopi Bengkalis itulah perahu kecil yang dia nakhodai tersebut.
Di hari normal kedai itu tampak penuh. Tua, muda, pria, wanita bercengkrama ria berbagi cerita. Secangkir kopi khas Bengkalis dan beragam olahan makanan tradisional tersaji rapi di meja. Kedai kopi Bengkalis yang digandrungi beragam kalangan itu sejatinya menyimpan seribu cerita. Berdiri 2015, perjalanan panjang kedai kopi itu diawali secara sederhana.
Tidak ada mesin penggiling kopi otomatis layaknya kafe kenamaan. Hanya sepasang kompor gas, teko besi, dandang raksasa serta beberapa tabung gas melon menjadi senjata utama.
Kini, tidak kurang seratusan cangkir kopi tersaji setiap hari. Ratusan pinggan makanan olahan khas Riau seperti mi sagu, mi lendir, mi sagu goreng kering, ubi dan pisang kipas hingga sate khas Bengkalis laris habis.
Kisah manis itu mungkin saja bisa terulang, meski belum pasti kapan. Tapi yang jelas, Halimi kini tengah fokus memberikan pelayanan terbaik melalui aplikasi Gojek dan segala kemudahan yang ia terima dari platform layanan on–demand dan pembayaran serta finansial terkemuka di Asia Tenggara tersebut.
Selain itu, ia juga mulai menyusun mimpi besar selanjutnya. Seperti mulai membantu memasarkan produk lokal seperti kopi liberika, mi sagu, serta kerajinan khas melayu seperti tanjak melalui aplikasi Tokopedia, perusahaan teknologi dengan marketplace terdepan di Indonesia.
“Saya rasa ini adalah waktu yang tepat untuk kembali menata dan menyusun mimpi-mimpi yang sempat terhambat akibat pandemi,” ujarnya.
Komitmen Dukung UMKM
Grup teknologi terbesar di Indonesia yang menaungi Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial, GoTo, terus memperkokoh komitmennya mendorong UMKM agar semakin berdaya dan berjaya lewat gerakan #BangkitBersama. Gerakan yang dimulai dari daerah ini terdiri dari inisiatif lengkap dan holistik supaya produk UMKM menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.
Inisiatif holistik ini melibatkan UMKM, konsumen, dan mitra driver agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan. GoTo sendiri telah menjadi pilihan para pelaku UMKM untuk go-digital dengan lebih dari 4 juta UMKM baru yang bergabung di Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial selama pandemi.
Fokus gerakan yang dimulai dari daerah ini didasari fakta bahwa UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, yang harus terus diperkuat supaya bisa menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dan mampu bersaing dengan brand global. Masa pandemi juga memukul UMKM, terutama yang bergerak di bidang kuliner (43,09 persen), jasa (26,02 persen) dan fashion (13,01 persen).
Di sisi lain, Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara menjadi incaran para pemain global. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM Indonesia supaya bisa jadi pemain utama di pasar Tanah Air, bukan penonton.
Semangat #BangkitBersama yang didukung oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah Daerah ditandai dengan diluncurkannya GOTO UMKM Center.
“Sebagai bagian dari GoTo, GoTo Financial memiliki misi meningkatkan inklusi keuangan melalui layanan pembayaran, jasa keuangan, dan solusi bisnis di dalam ekosistem ekonomi digital. Kami sangat mengapresiasi dukungan OJK untuk kolaborasi pelatihan UMKM secara holistik kepada UMKM lokal. Kami percaya hal ini akan mempercepat digitalisasi keuangan pelaku UMKM, meningkatkan daya saing mereka yang akan berkontribusi pada penguatan ekonomi daerah dan nasional,” kata CEO Grup GoTo dan GoTo Financial, Andre Sulistyo.
Sebagai ekosistem karya anak bangsa yang berpihak pada UMKM lokal, lewat #BangkitBersama GoTo menghadirkan berbagai inisiatif untuk membantu UMKM beradaptasi dan tumbuh di tengah pandemi, mendorong daya beli konsumen pada produk lokal, hingga membantu mitra driver tetap produktif, sehat dan aman.(red)