Survei di Enam Bentang Alam, Kemenhut: Ditemukan Keberadaan Macan Tutul Jawa

macan tutul jawa
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko saat memberikan pemaparan dalam acara "Catatan Separuh Langkah Java-wide Leopard Survey" di Jakarta, Selasa (18/2/2025). FOTO: Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) yang berkolaborasi dengan Yayasan SINTAS Indonesia dalam survei yang dilakukan menemukan keberadaan populasi macan tutul jawa (Panthera pardus melas) di enam bentang alam dari tujuh yang sudah dianalisis.

Informasi itu diungkapkan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Kemenkumham Bali

Dalam acara “Catatan Separuh Langkah Java-wide Leopard Survey”, ia menyampaikan pihaknya menargetkan melakukan survei di 21 bentang alam di seluruh Pulau Jawa, dan baru tujuh di antaranya telah selesai disurvei.

Ia menjelaskan kegiatan itu telah dimulai sejak Februari tahun lalu (2024) demi mengetahui jumlah pasti satwa terancam punah tersebut yang tersisa di Pulau Jawa untuk menyusun strategi konservasi.

BACA JUGA  Wakil Ketua MA Ikuti Rapat Rancangan PERMA Bidang Perpajakan

“Strategi konservasi itu kan dasarnya kalau kita punya populasi, kita punya data habitat, lalu kita punya data ancaman, lalu kita bisa memproyeksikan kira-kira ke depan kalau business as usual seperti apa, kalau diintervensi dengan strategi seperti apa, dan strategi yang tepat itu strategi apa,” katanya.

Dikemukakannya bahwa sejauh ini pemasangan kamera jebak (camera trap) sudah dilakukan di 10 bentang alam, dengan tujuh di antaranya sudah dianalisis.

Dari hasil analisa tersebut, kata dia, berhasil dideteksi populasi macan tutul jawa sejauh ini di enam bentang alam yaitu Rawa Danau, Gunung Burangrang, Gunung Ciremai, Sindoro-Dieng, Panusupan dan Bromo Tengger-Semeru bagian selatan.

Sementara itu, kamera jebak di bentang alam Merapi-Merbabu tidak mendeteksi keberadaan macan tutul jawa dari keseluruhan petak survei di masing-masing bentang alam, kata Satyawan Pudyatmoko.

BACA JUGA  Moeldoko: Pemindahan IKN Sudah Final dan Tidak Perlu Lagi Diperdebatkan

Direktur Yayasan SINTAS Indonesia sekaligus ahli biologi Hariyo Wibisono dalam kesempatan yang sama mengatakan dari survei yang dilakukan sejauh ini belum dapat memberikan gambaran populasi yang utuh dari macan tutul jawa.

“Jadi sekarang ini baru sampai pada di mana ada, di mana tidak. Karena nanti kita mesti identifikasi dari setiap individu, dari totolnya. Ini banyak yang hitam juga ya, yang quite challenging karena hitam itu totolnya tidak terlihat,” katanya. (Ant/02)