Hemmen

828 Juta Jiwa Terdampak Kelaparan Global

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – PBB melaporkan jumlah orang yang terkena dampak kelaparan global naik menjadi 828 juta jiwa pada 2021 dan tercatat kembali mengalami peningkatan 150 juta jiwa sejak pandemi Covid-19.

Laporan Keadaan Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia (SOFI) 2022 diterbitkan bersama pada hari Senin oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Dana Anak-anak PBB, Badan Pangan Dunia PBB Program dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Pada tahun 2021, sekitar 2,3 miliar orang (29,3 persen dari populasi global) mengalami kerawanan pangan sedang atau parah, 350 juta jiwa lebih banyak daripada sebelum pandemi Covid-19.

Pada tahun 2021, kesenjangan gender dalam kerawanan pangan semakin melebar: 31,9 persen wanita di seluruh dunia mengalami kerawanan pangan sedang atau parah, dibandingkan dengan 27,6 persen pria, perbedaan lebih dari 4 poin persentase dari tahun 2020.

BACA JUGA  Menlu RI 'Walk Out' di PBB, Ini Alasannya!

Hampir 3,1 miliar orang tidak mampu membeli makanan sehat pada tahun 2020, meningkat 112 juta jiwa dari tahun 2019. Ini mencerminkan efek inflasi harga pangan konsumen yang disebabkan oleh efek ekonomi dari pandemi Covid-19 dan langkah-langkah yang diambil untuk menahannya.

Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif mengalami kemajuan, dengan hampir 44 persen bayi di bawah usia 6 bulan disusui secara eksklusif secara global pada tahun 2020. Angka ini jauh dari target 50% pada tahun 2030.

“Ini adalah angka yang menyedihkan bagi kemanusiaan. Kami terus menjauh dari tujuan kami untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2030. Efek riak dari krisis pangan global kemungkinan besar akan memperburuk hasilnya lagi tahun depan,” kata Presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian Gilbert F. Houngbo.

BACA JUGA  Pemprov DKI Tinjau Ulang Pembahasan Raperda Jalan Berbayar Elektronik

Ke depan, proyeksi menunjukkan bahwa hampir 670 juta orang (8 persen dari populasi global) masih akan kelaparan pada tahun 2030, bahkan jika ekonomi global pulih.

Laporan tersebut menekankan eskalasi pendorong utama kerawanan pangan dan malnutrisi: konflik, iklim ekstrem, dan goncangan ekonomi, dikombinasikan dengan meningkatnya ketidaksetaraan.

Bukti menunjukkan bahwa penggunaan kembali sumber daya yang digunakan untuk mendorong produksi, pasokan, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu membuat pola makan sehat lebih murah, lebih terjangkau, dan adil bagi semua orang.

Menurut laporan tersebut, pemerintah dapat berbuat lebih banyak dalam mengurangi hambatan perdagangan untuk makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan. (06)

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan