LABUHAN BAJO, NTT, SUDUTPANDANG.ID – Sembilan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami hari tanpa hujan (HTH) dengan kategori ekstrem panjang atau lebih dari 60 hari, demikian diingatkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmattulloh Adji yang dihubungi di Kupang, Jumat (1/9/2023) menjelaskan berdasarkan informasi iklim Provinsi NTT per 31 Agustus 2023, monitoring HTH berturut-turut Dasarian III Agustus 2023 di NTT pada umumnya mengalami HTH dengan kategori sangat panjang atau berkisar antara 31 hari sampai 60 hari.
“Karena itu, diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan itu,” katanya.
Ia merinci wilayah yang mengalami HTH dengan kategori ekstrem panjang atau lebih dari 60 hari antara lain Kabupaten Ende yakni sekitar Sokoria/Maukaro, Kabupaten Sikka yakni sekitar Magepanda, Kabupaten Sumba Timur yakni sekitar Malahar dan Kamanggih, serta Kabupaten Sabu Raijua yakni sekitar Daieko.
Selanjutnya, ada Kabupaten Rote Ndao yakni sekitar Busalangga, Kota Kupang sekitar Staklim NTT dan Manulai II, Kabupaten Kupang sekitar Sulamu dan Batuliti, Kabupaten Belu sekitar Atambua/Motabuik, Fatubenao, dan Fatulotu, serta Kabupaten Lembata yakni sekitar Nagawutung.
Ia menjelaskan analisis curah hujan Dasarian III Agustus 2023 pada umumnya di wilayah NTT mengalami curah hujan dengan kategori rendah atau berkisar antara nol hingga 50 mm.
Sedangkan berdasarkan Peta Prakiraan Probabilistik/Peluang Curah Hujan Dasarian I September 2023, wilayah NTT pada umumnya diprakirakan akan mengalami curah hujan nol sampai 20 mm dengan peluang sebesar 91 sampai 100 persen.
Curah hujan yang rendah serta HTH kategori esktrem panjang, kata dia, tentunya berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih, serta meningkatnya potensi kemudahan terjadinya kebakaran.
Atas kondisi itu pihaknya berpesan agar masyarakat mewaspadai dan mengantisipasi kekurangan air pada saat musim kemarau ini.
Ia juga meminta masyarakat untuk waspada terhadap kebakaran hutan dan lahan karena kondisi berangin pada musim kemarau ini.
“Waspada dan antisipasi kekurangan air pada saat musim kemarau ini serta kebakaran hutan dan lahan,” kata Rahmattulloh Adji.
Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo telah mengimbau masyarakat untuk menghemat pemakaian air bersih.
Ia meminta masyarakat agar memakai air sesuai kebutuhan dan tidak membuang-buang air untuk hal yang tidak terlalu penting.
Sedangkan terkait ancaman kebakaran hutan dan lahan, Ambrosius berpesan kepada para perokok agar memastikan api dari puntung rokok telah padam sebelum dibuang.
Para petani yang hendak membuka lahan pertanian juga harus memperhatikan hal-hal yang tidak menyebabkan terjadinya kebakaran semakin meluas.
“Kita terus memantau dampak langsung terhadap kesulitan akses air bersih,” kata Ambrosius Kodo. (02/Ant)