Kisah Batik Durian Lubuklinggau Menembus Milan Fashion Week

Kolase foto batik durian dalam Milan Fashion Week (MFW) 2021 di Milan, Italia. MFW 2021 berlangsung mulai 21 hingga 27 September 2021.(KBRI ROMA)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan kini boleh bangga dengan ciri khasnya, Batik Durian yang telah ‘go internasional’.

Adalah Yetti Oktarina Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Kemenkumham Bali

Ide untuk menciptakan Batik Durian muncul sekitar satu dekade yang lalu, tepatnya pada tahun 2013, ketika Yetti sedang mencari sesuatu yang bisa menjadi ciri khas dan ikon dari kota Lubuklinggau.

Batik Durian Lubuklinggau bahkan berhasil menjadi sorotan di Milan Fashion Week 2021 dan 2022 di Milan, Italia. Di ajang fashion bergengsi itu, merek busana lokal, JYK, menggunakan Batik Durian sebagai koleksi bertema “Revolutionary Hope” bergaya punk untuk menarik perhatian generasi muda.

BACA JUGA  9 Kades di Kecamatan Paiker Dilantik

“Sejak menyelesaikan Milan Fashion Week, pesanan melonjak hingga lebih dari 1.500 lembar, tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari masyarakat dunia yang menyukainya,” ungkap Yetti dikutip Antaranews.

Batik Durian Lubuklinggau telah membuktikan bahwa kreativitas dan inovasi dapat menjadikan kain tradisional menjadi daya tarik global yang sangat diminati. Kisah sukses ini menginspirasi banyak orang untuk mencari dan mengembangkan ciri khas daerah mereka sendiri.

Yetti menjelaskan bahwa Lubuklinggau dikenal sebagai “Kota Transit” karena terletak di persimpangan jalan lintas tengah Sumatera. Awalnya, kota ini dikenal dengan sektor jasa sebagai salah satu penyukong ekonomi terbesarnya.

Karena alasan ini, Lubuklinggau tidak memiliki sesuatu yang bisa menjadi ciri khasnya. Oleh karena itu, Yetti memutuskan untuk menggunakan durian sebagai motif utama Batik Lubuklinggau.

BACA JUGA  Ditjen Perkeretaapian BLU Pertama Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel

Awalnya tidak ada pengrajin kain di sana, kini sudah ada lebih dari 350 pengrajin lokal, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Mereka menuangkan kreativitasnya pada Batik Durian Lubuklinggau. Saat ini, ada ratusan desain berbeda yang mengusung motif durian pada Batik tersebut. (06)