AFJ Gelar Aksi di Jakarta dan Yogyakarta, Desak Fore Coffee Wujudkan #CagefreeFOREveryone

AFJ Gelar Aksi di Jakarta dan Yogyakarta, Desak Fore Coffee Wujudkan #CagefreeFOREveryone
Peserta aksi Animal Friends Jogja (AFJ) membawa poster bertuliskan "Fore, tunjukkan kepedulianmu terbitkan komitmen bebas sangkar sekarang juga! #CagefreeFOREveryone" di depan gerai Fore Coffee Kaliurang, Yogyakarta, Jumat (30/8/2024).(Foto:IST)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Para aktivis perlindungan hewan dari Animal Friends Jogja (AFJ) menggelar aksi di Yogyakarta dan Jakarta untuk mendesak Fore Coffe menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur, dengan menerbitkan komitmen bebas sangkar (cagefree).

Dalam siaran pers AFJ yang diterima di Jakarta, Sabtu (31/8/2024), sebanyak 11 aktivis menggelar aksi di depan gerai Fore Coffee Kaliurang, Yogyakarta, Jumat (30/8). Sehari sebelumnya, Kamis (29/8), tujuh aktivis dari Act For Farmed Animals (AFFA) menggelar aksi di kantor pusat Fore Coffee Jakarta.

Kemenkumham Bali

AFJ menyatakan bahwa aksi ini dilakukan sebagai bentuk desakan pada salah satu jaringan coffee chain terbesar di Indonesia agar mereka menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur, dengan menerbitkan komitmen bebas sangkar (cagefree).

“Fore, tunjukkan kepedulianmu, terbitkan komitmen bebas sangkar sekarang juga! #CagefreeFOREveryone” terlihat di salah satu poster yang diusung oleh para aktivis.

Mereka berjajar di depan gerai dengan mengenakan pakaian yang beragam, menggambarkan inklusivitas telur cage-free yang layak didapatkan oleh seluruh pelanggannya yang datang dari berbagai latar belakang.

Dua orang terlihat mengenakan apron khas barista bertuliskan #CagefreeFOREveryone. Seorang membawa kandang baterai berisikan boneka ayam yang berhimpitan dan seorang lagi terlihat melakukan adegan teatrikal memegangi tangan seseorang yang mengenakan kostum ayam. Menggambarkan ayam petelur di dalam kandang baterai yang tak bisa bergerak bebas.

BACA JUGA  Talkshow Makin Cakap Digital Sukses Digelar di Pantai Tugulufa Tidore Kepulauan

“Fore Coffee dalam web-nya menjelaskan fokus mereka pada keberlanjutan dan etika bisnis dengan tagar mereka #FOREsponsible, namun hal itu tidak sejalan dengan sikap Fore Coffee yang sampai saat ini belum mengeluarkan komitmen bebas sangkarnya,” kata Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye untuk Program Hewan yang Diternakkan, AFJ.

“Peduli pada pelanggan berarti peduli terhadap produk yang disuguhkan dan dari mana bahan baku produk tersebut diperoleh. Sudah saatnya konsumen tahu dari mana Fore Coffee memperoleh telur yang mereka gunakan dalam rantai pasoknya,” lanjutnya.

Mengakhiri aksi di Yogyakarta, perwakilan AFJ bertemu dengan perwakilan Fore Coffee dan memberikan apron bertuliskan #CagefreeFOREveryone kepada pihak Fore sebagai simbol permintaan konsumen akan telur bebas sangkar.

Pihak Fore menerima aspirasi dari aktivis perlindungan hewan dan konsumen yang meminta mereka untuk menerapkan kebijakan kesejahteraan hewan yang lebih tinggi, namun mereka menolak pemberian apron.

Aksi di Jakarta 

Dengan desakan yang sama, aktivis di Jakarta membawa poster tuntutan, memakai topeng ayam dan membagikan u di depan kantor pusat Fore Coffee di Jakarta. Mereka mendesak segera membuat komitmen bebas sangkar dengan membawa satu gelas kopi raksasa setinggi manusia dewasa, bertuliskan #CagefreeFOREveryone, sebagai simbol tuntutan mereka.

BACA JUGA  Kunjungi Papua, Kapolri Siapkan Strategi Pengamanan PON ke XX dan Papernas XVI

Perwakilan AFFA juga menyampaikan desakan ini kepada perwakilan dari tim Human Capital dan Legal dari Fore Coffee di tengah aksi.

“Dalam enam bulan terakhir di tahun 2024, ada lima perusahaan yang telah mengumumkan komitmennya, yaitu Bali Buda, Subway Indonesia, Doughlab, Archipelago International dan Rella’s Kitchen,” kata Elfha Shavira, Manajer Kampanye AFFA, pada aksi di Jakarta (29/8).

“Permintaan konsumen untuk telur bebas sangkar semakin meningkat, seiring dengan keinginan perusahaan untuk menerapkan standar makanan yang etis,” sambungnya.

Ia mengungkapkan, data menunjukkan bahwa ada sekitar 8,3 miliar ayam petelur di seluruh dunia, jumlahnya hampir sama dengan populasi manusia. Sebagian besar ayam ini hidup dalam kandang yang memberi mereka ruang kurang dari selembar kertas A4, yang tidak memungkinkan mereka melakukan perilaku alaminya.

Menurut riset, keterbatasan ruang dan perilaku ini meningkatkan risiko dan kejadian penyakit metabolik seperti sindrom perdarahan hati berlemak. Mobilitas terbatas juga memengaruhi kualitas dan perkembangan tulang ayam petelur, menyebabkan kelemahan tulang secara keseluruhan dan osteoporosis. Ayam dengan tulang lemah mengalami tingkat cedera dan patah tulang yang lebih tinggi saat depopulasi dan penanganan.

BACA JUGA  Turis Asing Bisa Masuk ke Indonesia Jika Memenuhi 2 Syarat

“Ketidakmampuan melakukan perilaku bersarang selama bertelur di kandang tanpa kotak sarang dapat menyebabkan frustasi dan peningkatan stres,” sebutnya.

Berdasarkan hasil survei, mayoritas konsumen dunia, termasuk di Asia, mengkhawatirkan kesejahteraan ayam petelur. Di 14 negara yang beragam secara budaya, geografis, dan politik, sebagian besar dari 4.292 peserta penelitian ini mengonsumsi telur dan menganggap penting bahwa ayam tidak menderita dalam proses produksinya.

“Mayoritas peserta lebih memilih membeli telur dari ayam yang tidak dipelihara dalam kandang baterai. Banyak perusahaan telah menerapkan sistem bebas sangkar dalam rantai pasok mereka,” pungkasnya.(01)