“Selamat jalan Lord, you are the best. And I proud of u. Pergilah Lord sambil tersenyum, suatu hari perlahan-lahan semua ocehan-ocehanmu yang dianggap halu oleh banyak orang akan terbuka menjadi nyata.”
Oleh Uten Sutendy (Budayawan dan Sahabat Lord Rangga)
Jantung berdetak kencang, dada tiba-tiba terasa sesak saat membaca postingan berita wafatnya Lord Rangga yang muncul di beberapa group WathsApp dan Facebook. Belum lagi call langsung dan japri dari teman-teman yang menanyakan kebenaran berita tersebut.
“Pak Uten itu Lord Rangga benar meninggal?,”
“Pak Uten itu berita wafatnya Lord hoaks ya?,”
Dan banyak lagi komen serupa yang masuk ke laman medsos pribadi. Bahkan seorang ibu yang pernah diperkenalkan dengan Lord di sebuah acara bertanya dengan nada dan kalimat yang tak biasa. “Pak Uten, kok Lord Rangga meninggal sih..!?”.
Saya juga hampir tak percaya dengan berita tersebut. Betapa tidak, hari Minggu, tanggal 4 Desember masih video call dengan beliau membicarakan sejumlah rencana kegiatan yang sudah kami rancang untuk bulan Desember dan awal tahun. Tapi di hari Senin beberapa kali call gak diangkat, begitu juga pesan pribadi.
Hari Selasa, 6 Desember, saya berangkat ke Lampung untuk ziarah makam mertua yang wafat pada hari Minggu sore, 4 Desember.
Hari Rabu, 7 Desember pagi, tiba di Lampung dan langsung berziarah ke makam mertua.
Usai ziarah ke makam, saat tangan masih berlumur debu tanah kuburan, juga belum sempat duduk, ada kabar bahwa Lord Rangga wafat. Tentu saja saya tak begitu saja percaya. Dan dada terasa makin sesak setelah mendapat kepastian kebenaran berita itu dari istri Lord, Queen Marwah Kiki di Brebes, bahwa Lord betul wafat karena penyakit batuk kering.
Dalam perjalanan pulang dari Lampung ke Tangerang muncul pertanyaan kenapa Lord begitu cepat meninggal?. Ada apa?. Mungkinkah ini ada sesuatu yang tak beres, karena sebuah konspirasi pembunuhan misalnya?!.
Mengapa pertanyaan nakal itu muncul karena didorong oleh beberapa hal.
Pertama, Lord yang saya kenal selalu bersemangat berapi-api, tak terlihat ia sedang merasa sakit.
Kedua, nama Lord begitu populer dan viral mewarnai isi hampir semua medsos dan ruang publik serta ruang dunia maya di tanah air. Ia tampil di banyak acara televisi, di forum-forum seminar dan seremonial, jadi bintang tamu dan diwawancarai oleh para youtuber dari mulai yang kelas bawah sampai paling atas. Kemanapun ia pergi, dan dimanapun ia berada, selalu menjadi pusat perhatian. Boleh jadi popularitas Lord semacam “ancaman” yang bisa menggeser popularitas para politisi yang sering tampil meramaikan musim pilpres saat ini.
Lord masuk dalam daftar calon presiden RI versi para nitizen (ranking kedelapan sebagai pigur yang layak bisa jadi Presiden RI).
Selain itu, ia juga berani “sesumbar” melawan rezim-rezim dunia, Rusia, Amerika Serikat, Korea Utara, China, yang dianggap sebagai sumber dari kegaduhan dunia karena ambisi berperang menaklukan dunia.
Lord juga berani mengklaim dirinya sebagai Mangkubumi dan Pemimpin Tatanan Dunia Baru, sebuah gelar yang sangat tinggi. Apakah gelar itu dianggap main-main? atau serius itu soal lain. Yang jelas dengan gelar tersebut membuat Lord punya kepercayaan diri dan keberanian di atas rata-rata orang lain dalam menyuarakan keadilan bagi umat manusia di seluruh dunia. Gelar dan keberanian itu mungkin saja dianggap bisa mengganggu zona nyaman para rezim atau yang mengatur di balik kekuasaan para rezim dunia ramai saat ini.
Lepas dari semua itu, berkat kehadiran Lord hiruk pikuk pangggung politik nasional terasa menjadi lebih menghibur di tengah ketegangan politik formal, kaku dan membosankan yang dimainkan oleh para elite partai politik nasional maupun lokal.
Itu sebabnya beberapa kawan jurnalis di Provinsi Banten secara sadar membuat panitia khusus mempersiapkan deklarasi untuk dua kemungkinan besar, yakni Lord menjadi Calon Gubernur Provinsi Banten atau sekalian saja deklarasi Lord sebagai Calon Presiden RI. Deklarasi itu rencananya akan digelar awal tahun 2023.
Saya sendiri bersama Lord sudah merancang membuat sejumlah acara. Harusnya pertengahan Desember naik ke atas Gunung Padang untuk sebuah shooting film terus berkunjung ke lokasi korban bencana Cianjur. Selain berencana menulis buku biografi beliau, membuat konferensi internasional tentang penyelamatan sumber daya alam berdasarkan Kearifan Nusantara, sampai rencana keliling Indonesia untuk program power speaking dan pencerahan kebangsaan yang kami rancang dalam jangka panjang.
“Pak Prof, kira harus terus viralkan gagasan kebangsaan baru untuk Indonesia ke depan…!” kata Lord yang entah dengan alasan apa ia selalu memanggil saya dengan sebutan profesor. (Mungkin karena saya dianggap bisa memahami pikiran dan gagasannya selain sering mengkritik beliau secara pribadi maupun di ruang publik).
Begitulah Lord, pribadi sederhana dan lugu yang menjadi figur baru nan unik di tanah air. Ia seorang tokoh kontroversial yang serba bisa. Jago berpidato, politisi jalanan, komedian, main sinetron, bernyanyi dan mencipta lagu, juga seorang motivator handal.
Intinya, ia adalah seorang “aktor” yang pandai berakting di atas banyak jenis panggung kehidupan yang membuat kita kadang tertawa terbahak-bahak, dan kadang juga membuat kita harus berpikir ulang tentang kebenaran fakta sejarah dan kebenaran konsep tatanan kehidupan dunia kini yang yang sering Lord kritik.
Selamat jalan Lord, you are the best. And I proud of u. Pergilah Lord sambil tersenyum, suatu hari perlahan-lahan semua ocehan-ocehanmu yang dianggap halu oleh banyak orang akan terbuka menjadi nyata.
*Uten Sutendy adalah Penulis dan Budayawan