Ahli Virologi: Vaksinasi Turunkan Risiko Berat hingga Kematian

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo meninjau Gerai Vaksin Keliling TNI-Polri di Duri Pulo, Jakarta Pusat, Kamis (22/7/2021)/Foto:istimewa

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Mahardika mengatakan, vaksinasi memang tidak membuat seseorang bebas dari paparan COVID-19. Namun dengan vaksinasi bisa menurunkan risiko berat atau bahkan kematian.

Menurutnya, vaksinasi juga mampu mengurangi tekanan terhadap rumah sakit karena meringankan gejala infeksi pada pasien.

Kemenkumham Bali

“Untuk itu amat penting untuk divaksin untuk mengurangi risiko berat,” ujar Prof. I Gusti Ngurah Mahardika, dalam keterangannya, Jumat (23/7/2021).

Seperti diketahui, berdasarkan pemantauan yang dilakukan terhadap penduduk DKI Jakarta pada kurun waktu 12 Januari sampai 8 Juli 2021, dari 3,21 juta yang telah menerima dosis pertama ada 15.088 tetap terinfeksi COVID-19 atau 0,47%.

BACA JUGA  Menuju Status Hijau Covid-19, Sejumlah Managemen DTW Tabanan Divaksin

Sebanyak 8.051 orang tidak bergejala, dan yang memiliki gejala berjumlah 6.658 orang. Adapun pasien yang meninggal dunia sebanyak 50 orang atau 0,0016 persen. Dari yang telah menerima vaksin dosis kedua sebanyak 1,94 juta dosis, dan tetap terinfeksi sebanyak 1.896 atau sekitar 0,1 persen.

Dari jumlah tersebut, 837 tidak bergejala dan sebanyak 1,055 bergejala. Sementara yang meninggal
dunia sebanyak 4 orang atau 0,0002%.

Menyinggung masih tingginya angka kematian harian, menurut Prof. Mahardika, efek vaksinasi memang baru terlihat terhadap laju penyebaran COVID-19 jika yang divaksin paling tidak 50%.

BACA JUGA  Orientasi RSUD Berubah Nama Menjadi Rumah Sehat

Dirinya mencontohkan, di negara yang capaian vaksinasi COVID-19 di atas 50 persen, seperti Amerika Serikat dan Inggris, angka kematian rendah walau lonjakan kasus positif kembali tinggi.

Menurut Prof. Mahardika, saat ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah yang menerima vaksinasi dosis pertama sebanyak 43,1 juta. Sementara untuk dosis kedua mencapai 16,8 juta atau telah vaksinasi lengkap. Jadi sudah hampir 60 juta dosis yang sudah disuntikkan.

Namun jika dilihat persentase dari jumlah penduduk Indonesia yang amat banyak, angka tersebut baru 8 persen dari target vaksinasi masyarakat yang sudah lengkap vaksinasi dan 20,7 persen yang sudah divaksin dosis pertama.

“Jadi masih jauh dari herd immunity atau kekebalan kelompok,” ujar Prof. Mahardika.(say)

BACA JUGA  Terungkap, Ternyata Ini Alasan Advokat Senior Mau Disuntik Vaksin COVID-19

Tinggalkan Balasan