“Saya berharap pers ke depan dapat kembali bangkit, termasuk menghidupkan kembali “Bali Democracy Forum” (BDF) yang merupakan forum mengenai demokrasi di wilayah Asia Pasifik dalam upaya mewujudkan terbentuknya tatanan demokrasi yang semakin baik di kawasan tersebut.’
JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra mengapresiasi penyelenggaraan Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) Intersession. Ia mengharapkan BCSMF dapat menjadi wadah untuk menjaring aspirasi mengenai isu-isu yang esensial bagi kalangan media di negara-negara Asia Pasifik.
“Pers juga memegang peranan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan tata bangun demokrasi (democratic architecture) yang kokoh di kawasan Asia Pasifik, termasuk di Indonesia,” kata Azyumardi, saat menyampaikan kata sambutan pada BCSMF Intersession yang dilaksanakan secara offline dan online (virtual), Senin (30/5/2022).
Cendekiawan Muslim itu juga mengemukakan, sekitar dua tahun masa pandemi COVID-19 peranan pers untuk membantu mewujudkan tata bangun demokrasi agak terganggu, karena banyak kebijakan pemerintah “terpaksa” diputuskan tanpa melibatkan masyarakat sipil (civil society), termasuk kalangan pers.
“Saya berharap pers ke depan dapat kembali bangkit, termasuk menghidupkan kembali “Bali Democracy Forum” (BDF) yang merupakan forum mengenai demokrasi di wilayah Asia Pasifik dalam upaya mewujudkan terbentuknya tatanan demokrasi yang semakin baik di kawasan tersebut,” harap Ketua Dewan Pers periode 2022-2025 itu.
Sebelumnya, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah pada pembukaan diskusi mengemukakan, sejak 2018 pihaknya bekerja sama dengan insan pers dan Institute for Peace and Democracy menyelenggarakan BCSMF yang merupakan bagian integral dari BDF.
BDF dibentuk oleh Pusat Strategi Kebijakan Multilateral Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) dan Direktorat Diplomasi Publik Kemlu pada 2018. BDF merupakan forum mengenai demokrasi di wilayah Asia Pasifik dengan tujuan mewujudkan terbentuknya tata bangun demokrasi yang kokoh di kawasan tersebut.
“Pada kesempatan ini kami haturkan apresiasi dan terima kasih atas dukungan dan kerja sama segenap insan pers dalam menyukseskan BCSMF dari tahun 2018 hingga 2021,” kata mantan Dubes RI untuk Kanada itu.
Dalam kaitan itu pula, lanjutnya, Kemlu bekerja sama dengan Dewan Pers menyelenggarakan BCSMF Intersession dengan harapan dapat menjadi wadah untuk menjaring aspirasi mengenai isu-isu yang esensial bagi kalangan media.
Adapun pembicara yang tampil dalam diskusi tersebut adalah Guy Berger dari UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB), Tokoh Pers yang juga CEO PT Tempo Inti Media Tbk Bambang Harymurti, dan Dian Gemiano dari Kompas Gramedia Group.
Ketiga pembicara pada intinya mengingatkan bahwa insan pers dalam menyikapi perkembangan teknologi informasi tidak cukup hanya bersikap adaptif dan antisipatif, tetapi bahkan harus mendesain masa depan pers itu sendiri.
Guy Berger menegaskan perlunya pers yang kuat. Menurut pandangannya, media yang berpengaruh sangat penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan menciptakan apa yang disebut budaya damai (culture of peace).
Sementara itu, Bambang Harymurti menjelaskan perjalanan atau sejarah industri pers serta mengingatkan perlunya insan pers mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga Dian Gemiano. Ia mengingatkan perlunya pers meredefinisi bisnisnya ke depan, terutama agar pers menjadi kuat secara finansial.
“Bagaimana pun, untuk menjadikan pers yang independen maka harus diciptakan pers yang independen secara finansial,” kata Gemiano dalam diskusi yang juga dihadiri Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aat Surya Safaat dan Anggota Dewan Pengawas Facebook yang juga mantan Pemred The Jakarta Post, Endy Bayuni.(red)