Hemmen

Badan Geologi: Aktivitas Gempa Gunung Slamet di Jateng Meningkat

Gunung Slamet
FOTO ARSIP - Kondisi Gunung Slamet terlihat dari arah Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/12/2022) pagi. FOTO: Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Aktivitas gempa selama sebulan terakhir pada Gunung Slamet yang berada di Provinsi Jawa Tengah, selama sebulan terakhir dicatat Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ada peningkatan.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid menyampaikan informasi tersebut melalui taklimat media yang dikutip di Jakarta, Sabtu (11/5/2024).

Kemenkumham Bali

“Aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa embusan dan gempa tremor menerus yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di sekitar permukaan,” katanya.

Gunung Slamet merupakan gunung api strato berbentuk kerucut dengan tinggi puncaknya 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Secara administratif gunung berapi tipe A itu terletak dalam lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.

Gunung Slamet yang saat ini masih berstatus waspada atau level II dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) yang berada di Desa Gambuhan, Gajah Nguling, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

BACA JUGA  Heru: Fasilitas JIS Perlu Disempurnakan Bukan Direvitalisasi

Berdasarkan pengamatan 1 sampai 15 April 2024, Badan Geologi mencatat ada 197 kali gempa embusan, 1 kali gempa vulkanik dalam, 1 kali gempa tektonik lokal, 12 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 hingga 1 mm (dominan 0,5 milimeter).

Pada 16 sampai 30 April 2024, Badan Geologi merekam 701 kali gempa embusan, 1 kali gempa terasa, 8 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo dominan 0,5 milimeter.

Kemudian, periode pengamatan 1 hingga 9 Mei 2024 tercatat ada 902 gempa embusan, 15 kali gempa vulkanik dalam, 3 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 sampai 3 milimeter (dominan 1 milimeter).

Kegiatan pemantauan deformasi menggunakan “electronic distance measurement” menunjukkan fluktuasi memendek-memanjang yang cenderung stabil dengan perubahan jarak relatif kecil.

BACA JUGA  Banjir Meluas, 471 Warga Enam Desa di Kudus-Jateng Mengungsi

Pada 1-10 Mei 2024 tidak teramati adanya perubahan hasil pengukuran jarak miring yang signifikan.

Badan Geologi melakukan pemantauan deformasi dengan menggunakan tiltmeter di Stasiun Cilik yang berada pada elevasi 1.500 mdpl, Stasiun Bambangan pada elevasi 1.875 mdpl, dan Stasiun Sawangan pada elevasi 2.000 mdpl.

Pada periode 1-10 Mei 2024 pemantauan deformasi tiltmeter Gunung Slamet dari Stasiun Sawangan menunjukkan pola relatif meningkat pada komponen Y (radial).

Disebutkan bahwa hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi.

Potensi ancaman bahaya saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 2 kilometer.

BACA JUGA  Poros Buruh: 5 Serikat Pekerja di Pati-Jateng Dukung Pasangan AMIN

“Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin,” katanya.

Badan Geologi meminta masyarakat untuk tidak berada atau beraktivitas dalam radius dua kilometer dari puncak kawah Gunung Slamet mengingat status waspada yang saat ini masih tersemat sejak 19 Oktober 2023, kata Muhammad Wafid. (Ant/02)