JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan curah hujan di Indonesia masuk tiga besar dunia secara densitas dan wilayah yang bisa melampaui hanya di sekitar Amazon di Amerika Selatan.
“Artinya Indonesia memiliki sumber daya air yang besar karena lokasi kita berada di wilayah tropis serta banyak pegunungan sehingga harus pintar mengelolanya,” kata Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopahelu, dalam keterangannya, Kamis (8/12).
Menurut Ardhasena, negara sebesar Maroko saja curah hujannya hanya 100 milimeter per tahun namun penduduknya tetap bisa hidup, sedangkan di Sumatera Barat selama November 2022 .encapai 1.000 milimeter.
“Karena itu untuk mengelola sumber daya air yang besar tersebut diperlukan perencanaan yang baik dan terpadu,” katanya.
Ia mengingatkan jika tidak siap mengelola sumber daya air tersebut maka berkah bisa menjadi bencana.
Untuk 2023, lanjutnya, iklim di Indonesia beranjak dari tiga tahun terakhir mengalami fenomena La Nina dengan konsekuensi iklim basah dan pada 2023 mulai berangsur normal.
“Dalam tiga tahun terakhir kebakaran hutan relatif rendah dan kita berhasil meraih swasembada pangan,” katanya.
Kemudian pada 2023 musim hujan akan tetap datang tetapi pertengahan tahun musim kemarau tidak sebasah pada 2021 dan 2022.
“Oleh sebab itu perlu diantisipasi dengan perencanaan yang baik pada sektor sumber daya air dan pertanian karena Indonesia akan masuk iklim normal tidak sebasah dua tahun terakhir,” katanya.
Sementara pada akhir tahun ini mayoritas sebagian besar wilayah di Indonesia sudah memasuki musim hujan.
“Puncaknya diperkirakan pada Januari dan Februari artinya curah hujan paling banyak pada periode tersebut sehingga perlu mewaspadai dan mengelola potensi hujan ekstrem,” pungkasnya.(ant/01)