Tri Indroyono

Doa untuk Tragedi Kanjuruhan

Skuad Borneo FC
Skuad Borneo FC

KALIMANTAN, SUDUTPANDANG.ID – Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, usai laga Arema vs Persebaya, menyisakan duka mendalam. Bukan saja untuk Aremania dan publik Malang, tapi juga menjadi duka semua pelaku sepak bola tanah air.

Bahkan hampir semua aktifitas pertandingan di belahan dunia, menyempatkan diri untuk berdoa sejenak sebagai wujud keprihatinan atas kejadian yang menelan ratusa korban jiwa tersebut.

Kemenkumham Bali

Kesedihan itu juga dirasakan seluruh elemen di Borneo FC. Bahwa tragedi di Kanjuruhan ini, bukan saja dirasakan oleh para korban, namun juga dirasakan oleh semua orang.

Bahwa tak ada yang lebih berharga daripada nyawa, sebuah kejadian yang seharusnya memantik kesadaran bersama bahwa sejatinya olahraga adalah ajang untuk mempersatukan.

BACA JUGA  Pasca Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Didampingi Psikolog

Sebagai bentuk solidaritas dan simpati atas jatuhnya korban di Malang, Senin (3/10) sore, sebelum menggelar latihan rutin, skuad Pesut Etam menyempatkan diri menundukkan kepala untuk mendoakan para korban.

Para pemain, pelatih, ofisial hingga presiden klub, tampak membentuk lingkaran di tengah lapangan Stadion Segiri Samarinda. Dipimpin oleh Chief Official Officer (COO) Borneo FC Ponaryo Astaman, selanjutnya dilakukan prosesi mengheningkan cipta, sekaligus mendoakan para korban yang jatuh dalam kejadian tersebut.

“Secara simbolis, kami dari Borneo FC menyampaikan rasa duka dan belasungkawa atas kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Kami mendoakan supaya semua korban dan keluarganya diberikan kekuatan,” jelas Ponaryo.

Ponaryo juga menjelaskan, kegiatan hening cipta ini sebagai bentuk solidaritas. Di mana hampir di seluruh daerah, kegiatan serupa juga turut dilakukan oleh kelompok-kelompok suporter.

BACA JUGA  Arema FC Empat Kali Juara Piala Presiden

“Karena ini adalah duka bagi seluruh pelaku sepak bola tanah air. Ini adalah bentuk keprihatinan dan solidaritas kami di Borneo FC. Semoga peristiwa di Malang ini menjadi yang terakhir,” ucap Ponaryo.

Mantan penggawa tim nasional ini juga berharap kejadian ini menjadi bahan instrospeksi semua pihak. Terutama bagi suporter, bahwa fanatisme sah-sah saja dilakukan untuk mendukung tim kesayangannya.

Namun bukan dalam bentuk fanatisme buta. Bahwa fanatik juga harus dibarengi dengan kesadaran dan pengetahuan, bagaimana menempatkannya dalam porsi yang pas.

“Sekarang waktunya bagi semua untuk merendahkan ego masing-masing. Ayo kita kembali bersatu, bergandengan tangan demi kemajuan sepak bola Indonesia,” pungkas Ponaryo.

Tinggalkan Balasan