Gabema Tapteng-Sibolga Sayangkan Migrasi Koleksi Arkeologi Baros ke Gedung BRIN di Cibinong

Gabema Tapteng-Sibolga Sayangkan Migrasi Koleksi Arkeologi Baros ke Gedung BRIN di Cibinong
Masyarakat Tapteng-Sibolga Sayangkan Migrasi Koleksi Arkeologi Baros ke Gedung BRIN di Cibinong. (Ist)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Keluarga Besar Masyarakat (Gabema) Tapanuli Tengah – Sibolga sangat menyayangkan keputusan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan migrasi (pindah) koleksi arkeologi dari Laboratorium Arkeologi Baros di Jl KH Zainul Arifin, Pasar Batu Gerigis, Barus, Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara (Sumut), ke Gedung Koleksi BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Bogor Jawa Barat.

Ketua Umum DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga, Masriadi Pasaribu mengatakan, tindakan tersebut mengganggu upaya masyarakat Tapanuli Tengah – Sibolga di ranah dan di rantau untuk menorehkan kembali posisi Barus sebagai pintu gerbang peradaban Islam di wilayah Nusantara melalui kajian dan riset guna menghadirkan peradaban Islam di wilayah Nusantara yang inklusif, toleran, dan moderat yang berfokus kepada moderasi beragama.

Kemenkumham Bali

Di tengah upaya tersebut, masyarakat Tapanuli Tengah – Sibolga di ranah dan di rantau sedang mendorong penetapan Barus sebagai kawasan strategis pariwisata religi nasional.

“Disinilah arti penting koleksi arkeologi yang digali sejak tahun 1980 hingga tahun 2005 tetap di tempat asal penggaliannya yang tersimpan di Laboratorium Arkeologi Baros dan tidak dipindah ke tempat lain,” kata Masriadi Pasaribu kepada media, Jumat (14/6).

Menurutnya dalam sepekan ini, masyarakat Tapanuli Tengah – Sibolga di ranah dan di rantau terkejut karena pemindahan artefak hasil penelitian situs Barus yaitu koleksi arkeologi Laboratorium Arkeologi Baros.

Setelah pendataan spesimen pada 3 hingga10 Juni 2024 dalam rangka persiapan migrasi koleksi arkeologi di Laboratorium Arkeologi Baros, Kedeputian Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN dikabarkan memindahkan artefak dari situs Barus ke Gedung Koleksi BRIN KST Soekarno di Cibinong. Alasannya, dalam rangka pengintegrasian seluruh temuan arkeologis di satu lokasi untuk memudahkan para peneliti mengakses dan menganalisisnya.

Ditambahkan Masriadi Pasaribu selaku Ketua Umum DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga, telah menugaskan Mayjen TNI (Purn) H Albiner Sitompul SIP MAP dalam jabatan sebagai Ketua Dewan Penasehat DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk membatalkan migrasi koleksi arkeologi di Laboratorium Arkeologi Baros di Tapanuli Tengah dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum DPP Gabema Tapanuli Tengah – Sibolga.

Sementara itu Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof Rusmin Tumanggor, menolak tindakan lembaga atau perorangan yang mencuri dan merampas harta apapun milik daerah Barus serta wilayah lainnya di Tapanuli Tengah.

BACA JUGA  Mengharapkan BRIN Jadi Lembaga Brillian

“Saya beritahu semua pihak, apapun yang ada di rumah penyimpanan tidak boleh diambil dan dibawa keluar dari Barus,” kata Rusmin.

Rusmin putera Barus yang studi doktornya tentang antropologi kesehatan di Barus menegaskan, Tim Lembaga Penelitian Perancis untuk Timur Jauh École Française d’Extrême-Orient (EFEO) yang direkturnya Prof Denys Lombard PhD, Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikepalai Prof Dr H Hasan Muarif Ambary, Prof Rusmin, dan unsur-unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Barus menyepakati dalam seminar tanggal 22 Oktober 1996 di Hotel Fansuri, Barus, untuk menitipkan benda situs Barus di gudang Pastoran Katolik Pangaribuan di Barus.

Setelah enam bulan, Tim Arkeologi Nasional memindahkan benda situs Barus ke Rumah Couple yang dibeli patungan Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Pasar Batu Gerigis, Barus.

Tempatnya dinamai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional – Proyek Penelitian Arkeologi Baros: Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan École Française d’Extrême-Orient.

Belakangan, tempat penyimpanan benda situs Barus dinamai “Pemerintah Republik Indonesia cq (casu quo) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

“Kalau benda situs Barus dipindahkan ke Cibinong untuk keperluan siapa? Sebagai peneliti sosial yang pernah bertugas di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), DRN (Dewan Riset Nasional), Kemensos (Kementerian Sosial), dan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), keputusan pemindahan artefak Barus adalah sesat karena benda situs Barus milik daerah, bukan pusat. Untuk koleksi ilmiah cukup difoto bahkan difilmkan, dibuat file literasi library digital tetapi aslinya tetap di daerah situs Barus. Sehingga destinasi wisata berkembang dan menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat setempat,” kata Rusmin menambahkan.

Tim arkeologi Indonesia dan Perancis serta Muspika dan peserta seminar lainnya menyepakati temuan benda purbakala tidak dibawa keluar dari Barus, kecuali sebagian kecil saja untuk kepentingan identifikasi, analisa, dan interpretasi. Itupun setelah selesai, agar dikembalikan lagi ke Barus.

“Dengan demikian daerah tersebut tidak kehilangan bukti artefak pendukung validitas dan rilaibilitas data sebagai Kota Tua,” Rusmin mengutip isi suratnya kepada Hasan Muarif Ambary dan Denys Lombard tanggal 10 Februari 1996 yang ditembuskan antara lain kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur Sumatera Utara, dan Bupati Tapanuli Tengah.

“Jika setiap tim atau person peneliti yang datang ke Barus memboyong pulang benda purbakala temuannya ke daerah atau negara masing-masing, akhirnya bisa habis atau tersisa kepingan-kepingan yang dari itu sulit mengembangkan analisasi secara metode sains. Saya mengusulkan dibangun segera museum kepurbakalaan di Barus yang tempatnya tidak jauh dari sumber temuan,” kata Rusmin mengusulkan.

BACA JUGA  Ganjar Pranowo Deklarasi sebagai Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Pernyataan senada disampaikan tokoh asal Sorkam kabupaten Tapanuli Tengah, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof Dr Muhammad Yunan Yusuf Tandjung menyatakan, jajaran pimpinan dan sivitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Baru (STAIB) mendukung langkah bijaksana berbagai pihak di Barus untuk menjaga barang arkeologi yang digali di situs Barus sejak tahun 1980 hingga tahun 2005.

Menurutnya, Barus yang juga dikenal dengan nama Fansur adalah pintu gerbang masuknya Islam ke wilayah Nusantara di abad ke-7. Islam dengan peradabannya yang inklusif, toleran, dan moderat menebar rahmat di wilayah Nusantara yang mengakomodasi tumbuh dan berkembangnya lima agama dunia lainnya, yakni Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu di atas bingkai ke-bhinnekatunggalika-an.

Tiang pancang tugu yang ditancapkan Presiden Joko Widodo diperkokoh Wakil Presiden Prof Dr KH Ma’ruf Amin tanggal 15 Februari 2023 dalam acara Barus Bersalawat untuk Indonesia dimana Wakil Presiden memahatkan pernyataan yang sangat menggugah dan bernilai strategis bagi generasi mendatang bahwa di tempat tugu Titik Nol di Barus harus ada monumen. Bukan monumen mati yang tidak hidup, melainkan monumen yang memberi inspirasi. Buatlah tempat pendidikan, tempat pelatihan, kegiatan pengajian. Kalau perlu ada perguruan tinggi, ada studi tentang Islam. Agar Barus dikenal kembali bahwa di sinilah dimulai titik nol peradaban Islam di Nusantara.

Dalam upaya memberi makna momen bersejarah tersebut, tokoh nasional asal Sorkam kabupaten Tapanuli Tengah, Akbar Tandjung, bersama sejumlah tokoh dan akademisi asal Tapanuli Tengah – Sibolga mendirikan perguruan tinggi yang dinamai Sekolah Tinggi Agama Islam Barus yang disingkat STAIB.

“STAIB dirancang sebagai pusat studi Peradaban Islam serta Studi Agama-agama guna membangkitkan kembali potensi Barus sebagai pintu gerbang peradaban Islam di wilayah Nusantara yang berabad-abad terpendam dalam rahim sejarah,” katanya.

Sedangkan Ketua Yayasan Badan Warisan Sumatra (YBWS) Ir. Fadmin Malau sangat menyayangkan adanya berita artepak Barus akan dipindahkan ke Cibinong. Berita akan dipindahkannya artepak Barus ke Cibinong itu membuat berbagai elemen masyarakat Barus protes dan terjadi pertemuan dengan Kapolsekta Barus dan Camat Barus.

“Apa yang dilakukan elemen masyarakat Barus sudah tepat karena artefak itu milik masyarakat Barus dan ketegasan dari Kapolsekta Barus patut diapresiasi dalam menyelamatkan situs-situs sejarah yang ada di Barus,” katanya.

BACA JUGA  Wanita Syarikat Islam Berbagi Kebahagiaan Ramadhan Bersama Yatim dan Kaum Dhuafa

Fadmin Malau putra kelahiran Barus mengatakan artefak, situs yang ada pada satu daerah, harus tetap berada di daerah asalnya, tidak boleh dipindahkan hanya alasan untuk memudahkan para peneliti untuk menelitinya. Pernyataan itu tidak diterima logika sebab artepak atau situs sejarah yang ada pada satu daerah melekat dengan daerah itu sendiri, bila dipindahkan maka nilai sejarahnya akan berkurang dan hilang, tidak punya aura lagi.

“Artepak atau situs menjadi warisan dari satu negeri dan jika para peneliti ingin meneliti maka datang ke lokasi dimana artepak atau situs situs yang ingin diteliti karena akan mendapatkan nilai yang lebih baik, karena alam akan bercerita akan artepak itu,” kata Fadmin Malau Ketua Yayasan Badan Warisan Sumatra menegaskan.

Ikhwan Mansyur Situmeang putera asli Sibolga yang beribu asal Barus selaku Analis Kebijakan pada unit kerja Sekretariat Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Senayan, Jakarta, mewakili masyarakat Tapanuli Tengah – Sibolga di rantau, mengajukan permohonan audiensi kepada Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Dr Yan Rianto, untuk membahas upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kekayaan budaya di Barus.

“Saya mengetahui, migrasi koleksi arkeologi di Laboratorium Arkeologi Baros dari situs Barus ke KST Soekarno dalam rangka pengintegrasian seluruh temuan arkeologis di satu lokasi memudahkan para peneliti mengakses dan menganalisisnya,” ungkap Situmeang.

Menurutnya audiensi sangat penting guna menyamakan persepsi mengingat masyarakat Tapanuli Tengah – Sibolga di ranah dan di rantau sedang mendorong penetapan Barus sebagai kawasan strategis pariwisata religi nasional.

“Penetapan kawasan strategis tersebut dalam rangka pengembangan wilayah Tapanuli Tengah – Sibolga bersama Tapanuli bagian selatan, dan Kepulauan Nias sebagai penopang Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba di bingkai “segitiga emas” destinasi pariwisata “beyond Bali” melalui sinkronisasi kebijakan dan sinergi program kementerian/lembaga/pemerintah daerah di bidang konektivitas antarwilayah Sumatera Utara bagian barat,” katanya menegaskan. (05)