“Pada dasarnya gerakan Ormas Al-Khairiyah itu sendiri diusung dari masalah-masalah kemanusiaan yang ada di tengah masyarakat. Dengan kata lain, salah satu isu penting yang ditanganinya adalah isu kemanusiaan, terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat.”
Oleh Dr. Rafiudin Sapuri., M.Si.
Gerakan organisasi massa (Ormas) Al-Khairiyah sejatinya didedikasikan untuk mengedukasi masyarakat Cilegon, Banten, agar mereka peka terhadap kebijakan pemerintah. Sebuah kepekaan yang lahir dari ketulusan dan kesadaran untuk maju bersama dalam membangun daerah yang dicintai.
Maka, tak heran Ormas ini akan selalu membantu pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya bagi kepentingan umum. Namun bila kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon atau Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, bahkan kebijakan Pemerintah Pusat tidak pro-rakyat, maka Al-Khairiyah akan memberikan kritik sebagai masukan.
Edukasi bagi masyarakat untuk peka terhadap kebijakan pemerintah itu sendiri jika tepat sasaran, jelas akan membawa kepada kesejahteraan, menghidupkan kembali pemikiran kritis, dan menumbuhkan jiwa-jiwa ksatria sebagaimana semboyan Al-Khairiyah, yakni “Satria Setia Bakti”.
Masyarakat memang dituntut untuk peduli terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara agar kekuasaan tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak kompeten dan tidak bertanggung jawab terhadap amanah yang diembannya.
Al-Khairiyah telah memutus mata rantai kejumudan berfikir masyarakat Cilegon sejak masa penjajahan. Sikap modernis ditunjukkan oleh pendiri Al-Khairiyah, Brigjen KH Syam’un dalam menghadapi segala kesulitan yang ada di tengah masyarakat.
Ulama dan pejuang kemerdekaan itu mengajar dan menggembleng para santrinya di satu sisi, dan berdiri tegak di hadapan musuh (penjajah) sebagai seorang pemimpin pasukan tempur di sisi lain.
Pasca kemerdekaan, Al-Khairiyah menjadi Ormas yang sanggup membentangkan sayapnya sampai ke seluruh Nusantara. Madrasah Al-Khairiyah satu demi satu didirikan oleh alumni Al-Khairiyah yang mewarisi semangat perjuangan KH Syam’un.
Ketulusan perjuangan mereka terhadap umat telah menghantarkan Al-Khairiyah mencapai banyak kemajuan. Saat ini sudah terdapat sebanyak 600 cabang Madrasah Al-Khairiyah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Cabang-cabang Al-Khairiyah dimaksud masih berupa madrasah, dan hal itu masih tertuang dalam AD/ART organisasi yang merupakan produk sejak masih berupa Nahdlah Subbanil Muslimin (Gerakan Pemuda Muslim).
Penggerak utama organisasi adalah murid-murid terbaik KH Syam’un. Pengkaderan Al-Khairiyah lebih pada pembinaan akhlak di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren yang menaunginya.
Pemberdayaan Nahdlah Subbanil Muslimin mencapai puncaknya ketika para kader terjun di dunia politik untuk menghantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Salah seorang kader terbaik Al-Khairiyah, KH Abdul Fatah Hasan ikut serta dalam sidang kedua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Di bidang pendidikan, tokoh Al-Khairiyah yang pertama kali mengemuka adalah Prof. KHM Syadzeli Hasan. Beliau adalah Ketua Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah yang pertama. Kiprahnya di dunia pendidikan menghantarkan Al-Khairiyah pada puncak keemasan di banyak bidang keilmuan.
Al-khairiyah itu sendiri didirikan oleh Brigjen KH Syam’un pada 5 Mei 1925 sebagai organisasi yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Saat ini, Al-Khairiyah telah membentuk pendidikan tingkat tinggi berupa Universitas Al-Khairiyah (Unival).
Berdirinya Unival adalah jawaban dari tuntutan masyarakat yang membutuhkan perguruan tinggi dengan semangat perjuangan Pahlawan Nasional KH Syam’un sebagai model estafet perjuangan yang mewarisi darah pejuang “Geger Cilegon”.
Geger Cilegon itu sendiri adalah peristiwa perlawanan bersenjata rakyat Banten terhadap kekuasaan pemerintah Hindia Belanda yang terjadi pada 9 Juli 1888. Perlawanan tersebut dikobarkan oleh KH Wasyid (kakek dari Brigjen KH Syam’un) bersama para tokoh Banten akibat adanya kesewenang-wenangan Belanda, khususnya terhadap para petani Banten.
Terkait kehadiran Unival itu sendiri, perguruan tinggi yang baru berdiri pada Januari 2021 itu mempunyai sejumlah program unggulan. Salah satu program unggulan Unival dilaksanakan pada bulan Ramadhan berupa kegiatan Mabit (malam bina iman dan takwa).
Program kerohanian tersebut mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat. Melalui kegiatan itu mahasiswa mendapat pembinaan lebih dalam tentang keislaman. Semangat kealkhairiyahan juga dikobarkan dengan usaha keras menjaga marwah sang Pahlawan Nasional di tengah masyarakat.
Khusus bagi Pemerintah Kota Cilegon, keberadaan Ormas Al-Khairiyah membuat mereka selalu berhati-hati untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum atau membodohi masyarakat.
Ormas Al-Khairiyah memiliki kemampuan daya kontrol yang baik untuk menilai dan mengarahkan kebijakan pemerintah daerah agar kebijakan dimaksud lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.
Beberapa kebijakan seperti Peraturan Daerah (Perda)tentang Galian C serta tentang Madrasah Diniyah begitu intens disikapi oleh Al-Khairiyah sebagai bukti kepedulian Ormas tersebut terhadap kepentingan masyarakat serta nasib para guru madrasah.
Keberhasilan Al-Khairiyah dalam memperjuangkan pemberlakuan Perda Diniyah di Kota Cilegon membawa optimisme untuk mengusungnya ke tingkat nasional agar keberadaan madrasah tidak dipandang sebelah mata oleh pemerintah.
Gerakan Ormas Al-Khairiyah juga memantau kebijakan perusahan-perusahaan yang ada di lingkungan Kota Cilegon. Sebagai kota industri, Cilegon dinilai sangat rawan dengan masalah kesehatan lingkungan, terutama dengan pencemaran air dan udara.
Keluhan masyarakat menjadi titik dasar dalam menyikapi pelanggaran hukum yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan hidup, karena sebagian masyarakat Cilegon hidup berdampingan dengan industri kimia.
Pencemaran air dan udara menjadi perhatian khusus Ormas tersebut, terlebih dengan adanya beberapa penyakit yang sering diderita masyarakat Cilegon berkaitan dengan masalah kebersihan air dan udara di daerah setempat.
Masyarakat Kota Cilegon banyak yang menderita sesak nafas, penyakit kanker, dan beberapa penyakit lainnya. Kondisi ini diperparah dengan pelayanan pemerintah di bidang kesehatan yang belum berjalan dengan baik.
Dalam kaitan ini, Ormas Al-Khairiyah seolah berpacu dengan waktu untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Mulai dari gerakan harus terus mengaji, donasi Al-Khairiyah, pengajian akbar tokoh Al-Khairiyah, pengajian akademisi, pembentukan Al-Khairiyah Mart, rapat akbar ulama Banten, sampai pengelolaan dana zakat, infak dan shadaqah.
Pada dasarnya gerakan Ormas Al-Khairiyah itu sendiri diusung dari masalah-masalah kemanusiaan yang ada di tengah masyarakat. Dengan kata lain, salah satu isu penting yang ditanganinya adalah isu kemanusiaan, terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat.
Di sisi lain, peranan Ormas yang humanis gerakannya bagi kepentingan masyarakat itu mengakar pada pendidikan akhlak yang telah diajarkan dan diteladankan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Ormas manapun dewasa ini diharapkan menjadi pendamping masyarakat, utamanya masyarakat yang terpinggirkan (marginal) akibat arus industrialisasi dan informasi. Sudut pandang masyarakat harus diedukasi dengan baik agar mereka tidak salah dalam memahami dan menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
Dalam kaitan ini, gerakan Ormas yang humanis seperti yang dilakukan Al-Khairiyah akan menjadi baromater bentuk kepedulian antar kelompok di Indonesia. Jika apa yang dilakukan Al-Khairiyah juga dilakukan oleh Ormas-ormas lainnya, maka dunia akan melihat bahwa kedamaian ada di Bumi Pertiwi.
Pola kehidupan modern yang sesungguhnya bukanlah yang mengutamakan individualitas, tetapi lebih mengedepankan kepedulian terhadap sesama. Ormas adalah ruh gerakan kemanusiaan di Indonesia saat ini, sehingga jika semangat kepedulian itu hilang dari suatu ormas, maka ia telah kehilangan ruhnya sebagai organisasi yang humanis.
Dalam kaitan ini pula masyarakat Cilegon memiliki tempat bernaung untuk berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab terhadap kebijakan pemerintah daerah dengan adanya Ormas Al-Khairiyah. Sehingga pemerintah dan masyarakat dapat melangkah bersama untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Penulis Dr. Rafiudin Sapuri., M.Si., adalah Peneliti Universitas Al-Khairiyah (Unival) Cilegon, Banten. Sejak Maret 2022 menjabat sebagai Rektor Unival