Oleh: Dr. Najab Khan, S.H.,M.H.
A. Pendahuluan
Kekebalan kelompok atau kekebalan kawanan ( Herd Immunity ) memang kerap didiskusikan dan dipertanyakan orang. Herd Immunity didiskusikan bukan karena dipandang positif dan pasti memberi kekebalan kawanan populasi, tetapi lebih dipandang “mengandung sejumlah misteri pertanyaan” seputar bagaimana cara membentuk Herd Immunity yang efektif sementara masyarakat sadar jumlah vaksin maupun kualitas vaksin memprihatinkan. Tidak heran jika masyarakat kesehatan pun bertanya-tanya, “apakah betul Herd Immunity” merupakan harapan nyata masyarakat dan dapat membawa kabar gembira setelah dirinya divaksin Covid-19 atau sebaliknya ?.
Oleh sebagian orang, Herd Immunity melalui vaksinasi dipandang hanya slogan Pemerintah untuk menenangkan hati masyarakat di tengah-tengah kepanikan berkembangnya wabah Covid-19. Target capaian Herd Immunity seakan dianggap merupakan janji kosong yang belum tentu efektif memberi perlindungan dari serangan wabah penyakit menular di Indonesia !.
Semua hal tentang Herd Immunity masih dipandang misteri, namun jika digarap serius oleh yang berkompeten dan bersungguh-sungguh memenuhi jumlah maupun kualitas pengadaan vaksin Covid-19 sesuai ratio yang dibutuhkan, sebetulnya tidak mustahil pembentukan Herd Immunity Covid-19 tidak terbentuk walaupun sulit pencapaiannya.
Keseriusan membangun atau membentuk Herd Immunity dalam mengatasi berkembangnya wabah Covid-19 memang sangat diharapkan semua pihak sebagai salah satu basis utama untuk menangkal cepatnya perkembang biakan wabah Covid-19. Seperti yang diungkapkan oleh seorang dokter Israel yang percaya negaranya kemungkinan segera dapat mencapai kekebalan kawanan (Herd Immunity) melalui metode vaksinasi.
Menurut pengalaman beberapa negara, perkiraan ambang batas kekebalan kawanan dapat dicapai berkisar 65% – 70% populasi walaupun ada beberapa ilmuan lain memandang lebih dan sekalipun pada tingkatan vaksinasi yang tinggi.
Tujuan membentuk Herd Immunity melalui vaksinasi vaksin Covid-19 antara lain agar dapat memberi manfaat maksimal kepada seluruh masyarakat yang mendambakan terwujudnya kekebalan kawanan populasi akibat wabah Covid-19.
B. Apa itu Herd Immunity
Dari beberapa keterangan situs web, Herd Immunity (kekebalan kelompok atau kekebalan kawanan) “dimaknai” sebagai suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi, baik melalui infeksi sebelumnya atau vaksinasi, sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi (Wikipedia).
Ada lagi yang berpendapat dan menyebutkan, “Herd Immunity” occurs when a large part of the population becomes immune to a virus, through vaccination or infection, and the virus has nowhere to go (Herd Immunity terjadi ketika suatu bagian populasi yang besar menjadi kebal terhadap suatu virus melalui vaksinasi virus atau infeksi, sehingga virus tersebut tidak bisa menularkan kemana-mana lagi).
Mengacu pada pengertian demikian, tergambar “arah dan target” yang seperti apa agar Herd Immunity dapat terbangun, terbentuk sehingga targetnya tercapai. Patut disadari memang tidak semua orang dapat kebal terhadap Covid-19 tetapi setidaknya kawanan populasi yang telah kebal melalui vaksinasi nantinya diharapkan dapat menjadi pelindung bagi kelompok orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
C. Cara membentuk, membangun Herd Immunity
Secara garis besar terdapat dua cara membentuk, membangun Herd Immunity, yaitu secara vaksinasi dan secara natural.
1. Vaksinasi
Dalam beberapa journal disebutkan, “program vaksinasi” dapat membentuk dan membangun daya tahan tubuh. Vaksin yang dibuat melalui pelemahan virus, bakteri jahat, kuman, dan lain-lain dan dimasukkan atau dibuat agar tubuh terinfeksi oleh virus/bakteri tersebut kemudian diharapkan berproses dan selanjutnya antibodi dalam tubuh diharapkan dapat melawan infeksi, sehingga sistem daya tahan tubuh dapat membentuk antibodi. Herd Immunity melalui vaksin (vaksinasi) telah berhasil dilakukan di Amerika Serikat saat negara itu mengatasi wabah penyakit polio.
Dalam mengatasi wabah polio saat itu, Herd Immunity melalui vaksinasi dapat diwujudkan dalam kisaran angka 50 – 67% dari populasi yang telah kebal terhadap penyakit tersebut.
2. Natural
Cara ini memang dapat dilakukan, artinya tubuh yang telah terpapar oleh virus Covid-19 atau bakteri jahat akan dapat membentuk antibodi sendiri dalam melawan infeksi yang telah dipertahankan oleh tubuh saat tubuh sembuh. Cara ini pernah disebut-sebut oleh Dr. Terawan saat awal pandemi Covid-19 menyebar ke Indonesia. Waktu itu, Dr. Terawan mengingatkan agar masyarakat jangan terlalu panik atau terlalu khawatir “nanti juga sembuh sendiri”.
Memang tidak salah saran-saran demikian, walaupun sedikit meremehkan penyebaran wabah virus (Covid-19), karena tingkat kekebalan tubuh manusia yang satu dengan yang lain tentu tidak sama dan tidak dapat digeneralisir. Cara membentuk Herd Immunity natural ini pernah diujikan di Brazil saat wabah virus zika menginfeksi 63% dari populasi penduduk di wilayah tertentu di negara tersebut.
D. Bagaimana dengan Indonesia?
Mestinya jika vaksin Covid-19 “sudah disuntikan pada sejumlah penduduk Indonesia” sesuai jumlah persentase yang distandarkan 65 – 70% populasi di beberapa daerah rawan terjangkit wabah Covid-19 maka harusnya kekebalan kelompok (Herd Immunity) dapat cepat terbangun atau terbentuk dan otomatis dapat menekan angka penyebaran wabah Covid-19.
Tinggal masalahnya bagaimana Herd Immunity Covid-19 dapat segera terbangun, terbentuk dan dapat dikategorikan sebagai solusi atau alternatif yang tepat dalam melawan wabah Covid-19 di Indonesia.
Menurut beberapa ahli, semuanya tergantung dari kesadaran masyarakat dan kesiapan negara dalam memfasilitasi pelaksanaan kebijakan regulasi, kebijakan anggaran maupun ketepatan pilihan-pilihan kebijakan agar pencegahannya tepat sasaran.
Ada negara yang memakai metode lockdown ketat seperti di Wuhan, ada pula negara yang memakai metode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti Indonesia. Yang paling penting apapun pilihan metodenya jangan sampai kebijakan regulasi disalah gunakan ataupun kebijakan anggaran / dana untuk mengatasi Covid-19 dikorupsi.
Idealnya memang setiap penyakit yang menimpa tubuh kita dilawan dengan “obat-obatan”, karena obat dipandang sebagai racun yang bermanfaat dan diakui sebagai cara efektif untuk membunuh kuman, virus, bakteri jahat dan patogin berbahaya lainnya yang sedang menyerang tubuh manusia / hewan dan makhluk hidup lainnya, namun untuk memperoleh jenis obat dimaksud tidak mudah. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi, apalagi virus Covid-19 merupakan wabah penyakit baru dan masih dalam proses penelitian.
E. Obat Covid-19 belum ditemukan
Kelemahannya, jika harus menunggu ditemukannya obat Covid-19, maka dibutuhkan waktu yang lama sedangkan waktu yang lama tidak sebanding dengan kecepatan penyebaran virus Covid-19 itu sendiri maupun dengan mutasi varian baru Corona. Fakta belum diketemukannya obat Covid-19, membuat banyak ilmuan mencari cara atau alternatif lain selain menggunakan methode asupan obat. Tujuannya untuk membentuk imunitas tubuh dan menekan penyebaran Covid-19.
Ada pula ilmuan lain berkonsentrasi meneliti dan berupaya menemukan jenis-jenis non obat tertentu seperti jenis vaksin Covid-19 yang tepat dan cocok atau jenis-jenis vitamin yang dipercaya dapat mengatasi, mencegah penyebaran virus dan sekaligus diharapkan membentuk imunitas tubuh.
Biasanya metode mencegah atau mengobati wabah penyakit di Indonesia melalui upaya sebagaimana direkomendasikan oleh dunia ilmu kedokteran atau berdasarkan pedoman-pedoman yang ditentukan WHO. Pilihan upaya pencegahan melalui program pengkarantinaan atau menerapkan sistem protokol kesehatan atau membuat regulasi tentang pembatasan kerumunan seperti lockdown / PSBB masih merupakan pilihan yang tepat asal kebijakan regulasinya bertujuan mencegah berkembangnya penularan Covid-19.
F. Pengadaan vaksin Covid-19 dan double standar kebijakan