“Dari dua menjadi satu. Persatuan ini adalah kekuatan baru bagi bangsa.”
JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Musyawarah Nasional (Munas) X Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang digelar di Ballroom Sulthan Hotel, Jakarta, pada Rabu (26/6/2025) menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia pertanian nasional. Forum ini menandai berakhirnya dualisme kepemimpinan di tubuh organisasi tani tertua di Indonesia dan membuka era baru konsolidasi petani dari seluruh penjuru tanah air.
Dengan mengusung tema “Petani Bersatu, Indonesia Tangguh”, Munas ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Jenderal (Purn.) Moeldoko, Oesman Sapta Odang, serta perwakilan dari dunia usaha dan politik seperti Andi Yuslim Patawari yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia dan Sekjen Partai Perindo.
Salah satu hasil utama Munas ini adalah terpilihnya Sudaryono sebagai Ketua Umum HKTI untuk periode 2025 – 2030. Penetapan ini menjadi simbol rekonsiliasi dan arah baru HKTI dalam memperjuangkan nasib petani secara lebih terstruktur dan inklusif.
Mentan Amran Sulaiman, dalam sambutannya, menyampaikan bahwa penyatuan organisasi HKTI menjadi kekuatan strategis dalam mewujudkan empat prioritas nasional yakni swasembada pangan, hilirisasi produk pertanian, produksi energi terbarukan berbasis biofuel, serta program makan bergizi gratis.
“Dari dua menjadi satu. Persatuan ini adalah kekuatan baru bagi bangsa,” ujar Amran.
Sementara itu, Andi Yuslim Patawari menekankan pentingnya sinergi antara petani, dunia usaha, dan kebijakan negara. Menurutnya, penyatuan HKTI bukan hanya soal organisasi, tetapi panggilan sejarah untuk membangun ekosistem pertanian yang berkeadilan dan berkelanjutan.
“Petani harus menjadi subjek pembangunan, bukan hanya pelengkap. Dunia usaha harus hadir untuk membuka akses terhadap pasar dan teknologi,” tegasnya.
Ia juga menyatakan kesiapan Kadin dan Partai Perindo menjadi jembatan antara semangat petani dan arah kebijakan nasional.
Munas HKTI kali ini juga membahas berbagai isu strategis, seperti akses pembiayaan, transformasi digital di sektor pertanian, penguatan kelembagaan tani, serta strategi menghadapi tantangan perubahan iklim dan pasar global.
Dengan semangat persatuan yang kembali menyala, HKTI kini melangkah dengan pijakan baru. Harapannya, momentum ini bisa membawa perubahan nyata bagi petani Indonesia menjadikan mereka kuat di lahan, berdaulat di pasar, dan setara dalam proses pembangunan nasional.(Rizal/01)