OC Kaligis: Mengenang Usia 100 Tahun Bapak Pembangunan Presiden Soeharto

Advokat senior OC Kaligis saat memberikan buku hasil karyanya berjudul "Manusia Sejuta Perkara" kepada Pak Harto di Cendana, Jakarta, pada tahun 2002/Foto:dok.OC Kaligis

22. Pasti rakyat saat itu mengetahui bahwa di era Pemilihan Umum terakhir, dimana Partai Golkar mendapatkan suara mayoritas, dengan penuh semangat Harmoko bersafari nasional untuk meyakinkan rakyat agar tetap memilih Soeharto sebagai Presiden.

23. Sekalipun di saat itu Presiden sebenarnya setelah berpulangnya Ibu Tien Soeharto, Bapak Presiden, sudah tidak lagi bergairah menjadi Presiden. Adalah Harmoko yang mendesak dengan kata-kata: Bahwa rakyat masih sangat menginginkan kepemimpinan Pak Harto. Dengan berat hati akhirnya Pak Harto menerima.

24. Saya menamakan safari Harmoko sebagai langkah strategis Harmoko untuk kembali ditunjuk sebagai Menteri Kesayangan Pak Harto yang di era Soeharto berhasil menjabat sebagai Menteri selama 14 tahun.

BACA JUGA  OC Kaligis: Rumah DP 0 Persen Terlupakan, Pembangunan JIS Bukan Uang Anies Baswedan

25. Karena kalau yang menjadi Presiden, bukan lagi Pak Harto, mungkin Harmoko didepak, sehingga kehilangan kekuasaan menterinya, yang penuh fasilitas menguntungkan, termasuk Harmoko sebagai penguasa media yang dapat membreidel majalah Tempo atau harian Media Indonesia. Konon untuk mendapatkan surat izin terbit saja, si pengusaha insan Pers harus melakukan pendekatan dan lobi-lobi kepada Harmoko, tentu dengan biaya-biaya dibawah tangan atau KKN.

26. Di luar dugaan, ketika menjabat Ketua DPR/MPR, Harmoko pula yang menjadi brutus alias pengkhianat lengsernya Pak Harto. Bahkan ketika Pak Harto diperiksa selaku tersangka, Harmoko yang ketika sebagai menteri yang selalu membenarkan kebijakan Pak Harto, dalam setiap tahap Repelita, tidak berani muncul di pemeriksaan Kejaksaan sebagai saksi a de charge (saksi yang meringankan), saksi yang mendukung dan membenarkan semua kebijakan Pak Harto, yang selalu diamininya.

Air susu dibalas dengan air tuba. Di sinilah bukti kelicikan seorang brutus, tetapi yah, itulah Harmoko, yang namanya banyak diterjemahkan sebagai manusia yang “hari-hari omong kosong”.

27. Soeharto Setelah Lengser.

28. Ternyata seruan “jangan ada dendam”, menjadi kenyataan. Dimotori antara lain oleh Amien Rais, LSM-LSM, hampir setiap hari mereka dengan semangat turun ke jalanan menuntut agar Soeharto diadili. Di harian Kompas, tanggal 17 Maret 1998 bahkan Amien Rais menyatakan siap memimpin People Power.

29. Sejumlah aktivis reformasi 1998 yang menamakan diri mereka Barikade 98, menyebut Amien Rais tidak pantas menyandang sebutan Bapak Reformasi. Amien Rais bukan Bapak Reformasi, tapi penumpang gelap. Itu kata Ketua Umum Baricade 98, saudara Benny Rhamdani dikutip media, Sabtu 22 Mei 2021.

30. Sikap Para Pengacara.

Tinggalkan Balasan