JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melakukan penelitian sedimen paleotsunami untuk mengungkap sejarah tsunami yang pernah terjadi di sepanjang pantai Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut).
Ketua Tim Riset PVMBG Yudhicara mengatakan, penelitian dilakukan sejak 31 September hingga 13 November 2022. Mereka menemukan singkapan yang diduga merupakan endapan paleotsunami dengan aglomerat dan breksi di bawah produk Gunung Gamalama.
“Ketebalan produk vulkanik tersebut 7,3 meter dengan jarak 35 meter dari garis pantai,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Ia menjelaskan luas kawasan yang diduga menyimpan singkapan sedimen paleotsunami mencapai hampir 200 meter di sepanjang pantai. Sedangkan singkapan terbuka sepanjang 50 meter digali secara vertikal.
Setelah peneliti PVMBG menggali secara vertikal ke bawah, mereka juga menemukan lapisan yang diduga merupakan endapan paleotsunami yang lebih tua dengan ketebalan 1,8 sentimeter.
Berdasarkan perbedaan warna endapan yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, bagian atas setebal 0,3 sentimeter dan berwarna abu-abu kehijauan muda. Kemudian lapisan kedua pasir halus berwarna abu-abu muda setebal 1 sentimeter dan lapisan ketiga pasir halus berwarna abu-abu kecoklatan setebal 0,5 sentimeter.
Tidak hanya itu, 50 sentimeter kemudian ditemukan endapan paleotsunami ketiga yang lebih tua dan tebal. Namun diantara lapisan kedua dan ketiga terdapat dua lapisan tegas yang diduga juga merupakan endapan paleotsunami.
Berdasarkan peta geologi Gamalama yang dikeluarkan oleh Direktorat Vulkanologi (sekarang PVMBG) pada tahun 1982, bahwa kawasan Loto merupakan persebaran produk Gunung Gamalama muda akibat letusan tahun 1907.
Kawasan tersebut merupakan endapan lahar muda yang terdiri dari blok andesit dan basal andesit yang berbentuk butiran meruncing hingga membulat dalam matriks lanau dan pasir masih lepas (Bronto et al., 1982).
Sedangkan di bawahnya diendapkan hasil letusan Gunung Gamalama muda yang lebih tua dan jenis batuan yang diendapkan adalah lava blok andesit basal hitam vesikular dengan fenokris plagioklas subhedral sekitar 40 persen.
Yudhicara mengatakan berdasarkan perkiraan adanya endapan paleotsunami di bawah endapan produk Gunung Gamalama dari letusan tahun 1907, dapat disimpulkan bahwa lapisan paleotsunami paling muda terjadi sebelum tahun 1907.
Sedangkan lapisan paleotsunami di bawahnya terjadi lebih awal atau lebih tua, tetapi tidak terjadi letusan gunung api. ditemukan produk, maka diduga tsunami terjadi setelah letusan terakhir sebelum tahun 1907.
“Mengacu pada hal tersebut, kami menduga bahwa lapisan pertama endapan paleotsunami berasal dari tsunami tahun 1889. Sedangkan lapisan endapan paleotsunami lainnya kemungkinan terjadi pada tahun 1859, 1858, 1857, dan 1846,” katanya.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa endapan paleotsunami tersebar cukup luas di daerah Loto. Namun demikian, pihaknya perlu pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah sedimen tersebut mengandung produk vulkanik (misalnya abu vulkanik) atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah penyebab tsunami tersebut murni akibat gempa bumi yang berasal dari zona subduksi. Punggungan Mayu atau ada penyebab lain seperti api letusan gunung berapi, baik Gamalama atau gunung berapi dari daerah lain, seperti Gunung Ruang dan Gunung Awu di Sangihe.
Adanya endapan tsunami yang hanya terdapat pada lokasi-lokasi tertentu, mengindikasikan adanya tsunami, antara lain morfologi yang landai, tempat masuknya gelombang tsunami dan jarak stagnasi yang lebar, serta tidak mengalami gangguan atau masih terjadi.
Kawasan Loto memiliki morfologi yang landai dibandingkan dengan kawasan lain sepanjang pantai di kawasan Ternate. Selain itu, Loto juga terletak di muara sungai yang masih alami dan tidak ada aktivitas manusia karena berpotensi banjir saat musim hujan dan aliran lahar saat Gunung Gamalama meletus.
Ditemukannya jejak tsunami di wilayah penelitian merupakan bukti yang dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat sekitar dan berbagai pihak terkait untuk mewaspadai potensi kejadian yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Kami bekerja sama dengan akademisi setempat untuk dapat menyosialisasikan bukti-bukti kejadian tsunami sebagai salah satu upaya mitigasi tsunami di Pulau Ternate,” kata Yudhicara. (02/Ant)