Pada suatu hari, tahun 2017, Aku datang ke sebuah Puskesmas, di Desa Air Saga, Tanjungpandan.
Dari salah satu ruangan terdengar suara teriakan memanggil:
“Atet….Atet….Atet…”
Suara itu adalah suara wanita, terdengar keras tapi lembut. Aku pun terdiam sejenak. Dan hatiku berpikir. Siapa memanggilku?
Nama “Atet” adalah nama kecilku, saat di Belitung. Sejak SD, SMP hingga SMA, bahkan hingga Aku hijrah ke Batavia pada 24 Mei 1984 silam.
Aku ke sana, karena pada waktu itu, putriku sebagai dokter bertugas di Puskesmas itu.
Dengan senyum lebar dari bibirnya, suara lantang pun terdengar seisi ruangan kerjanya. Ia mempersilahkan Aku masuk ke ruangan.
“Duduk…duduk…Tet” katanya sambil mengambil alat ukur tensi darah untuk mengukur tensi darahku.
Akupun terharu, melihat perhatiannya pada kesehatan seorang teman.
Padahal, Aku kesana bukan untuk memeriksa kesehatan, namun mengunjungi anakku yang bertugas di sana.
“Tensi darahmu normal dan bagus, Tet,” celetuknya spontan.
“Anakmu, dokter Natalia, orangnya baik dan rajin, kami saling memperhatikan satu sama lain di sini,” celetuknya lagi.
“Anakmu, Aku anggap orang sendiri, Tet,” katanya dengan penuh yakin.
Hermianti, biasa kami menyapanya “Memi”. Ia adalah teman SMA ku di Kota Tanjungpandan dekade 1981-an. Karakternya riang, bicara apa adanya dan hatinya polos.
Saat sekolah, ia dikenal rajin dan disukai teman-teman sekelas.
Dalam hati Aku merenung, bahwa pertemanan tidak hanya membawa kebaikan pada kita. Tapi secara tak langsung, dapat pula membawa kebaikan pada anak-anak kita.
Tulisan ini, Aku persembahkan pada temanku “Memi”, seorang Suster petugas medis, yang berulang pada hari Jumat, 1 Mei 2020.
Selamat ulang tahun, Memi. Jaga kesehatanmu selama bertugas sebagai seorang petugas medis.
Semoga Tuhan selalu bersamamu.
Jakarta, 1 Mei 2020
Kurnianto Purnama, SH, MH